Rabu, 16 Februari 2011

contoh KIR



BAB I
PENDAHULUAN



A.     Latar Belakang Masalah
        
Cagar Alam Pegunungan Cyclops merupakan salah satu area konservasi yang penting di Papua yang terletak di Jayapura dengan luas sekitar 22.520 hektar. Wilayah cagar alam berbatasan dengan teluk Yos Sudarso dan  teluk Yotefa, sebelah selatan berbatasan dengan Samudra pasifik dan sebelah utara berbatasan dengan Danau sentani. Wilayah Cagar Alam Pegunungan Cyclops terdiri dari rangkaian pegunungan yang tinggi dan lembah-lembah yang curam.  Ada tiga puncak tertinggi di wilayah Cagar Alam Pegunungan Cyclops yaitu Gunung Rafeni (1880), Gunung Rara (1700 m) dan Gunung  Dafonsoro (1530 m) (Ratcliffe, 1984).
Menteri Pertanian Republik Indonesia yang pertama kali menentukan status  Pegunungan Cyclops sebagai kawasan cagar alam pada bulan Januari 1978. Setelah itu Menteri Kehutanan mendeklarasikannya kembali statusnya sebagai cagar alam pada tanggal 18 November 1987. Hingga kini hanya sedikit penelitian tentang kupu-kupu di wilayah cagar alam tersebut. Beberapa penelitian keanekaragaman hayati telah dilakukan diwilayah Cagar Alam Pegunungan Cyclops.  Petocz at al., (1983) melaporkan 278 spesies burung dan 86 spesies mamalia.  
Saat ini populasi penduduk yang tinggal disekitar kawasan Cagar alam Pegunungan Cyclops semakin meningkat yang dikhawatirkan dapat menimbulkan tekanan yang berat terhadap cagar alam tersebut.  Jika penelitian muapun survai-survai tidak segera dilakukan di cagar alam tersebut bisa berakibat banyak spesies akan hilang keberadannya di alam sebelum ditemukan dan dikenal oleh masyarakat.  Ada dua  aktivitas yang paling berdampak terhadap kerusakan habitat di Cagar Alam Pegunungan Cyclops yaitu penebangan hutan secara illegal dan praktek perladangan berpindah yang dilakukan oleh petani tradisional yang membuat ladang di kawasan cagar alam tersebut. Para petani tersebut membuka lading baru dengan cara membakar hutan. Setelah kesuburan ladang berkurang  dua atau 3 tahun kemudian mereka akan berpindah tempat  dengan membuka ladang baru dan kembali membakar hutan. Perladangan dengan cara ini merusak area hutan dengan sangat cepat dan hutan dengan sangat cepat berubah menjadi lahan kritis yaitu padang rumput yang didominasi alang-alang (Imperata  cylindrica).
 Walaupun Ornithoptera priamus merupakan salah satu spesies kupu-kupu sayap burung  memiliki daearah distribusi yang lebih luas dibandingkan dengan spesies kupu-kupu sayap burung lainnya namun spesies tersebut sudah saatnya untuk dilindungi mengingat kerusakan hutan yang sangat cepat sangat mengancam perununan populasi kupu-kupu tersebut. Disamping itu kupu-kupu tersebut sangat digemari oleh para kolektor kupu-kupu karena berukuran besar dan keindahan warnanya dan sehingga kupu-kupu ini diperdagangkan secara luas karena banyak permintaan dari dalam maupun dari luar negeri.  Kedua faktor tersebut merupakan mengancam keberadaan Ornithoptera priamus di alam sehingga perlu ada tindakan untuk menyelamatkannya.
Pengetahun tentang sumber pakan dan siklus hidup kupu-kupu tersebut sangat diperlukan untuk program konservasi Ornithoptera priamus. Disamping itu  data tentang tingkah laku kawin, tingkah laku kupu-kupu betina meletakkan telur, serta tingkah laku larva sangat diperlukan untuk mendukung suksesnya program konservasi dan penangkaran kupu-kupu tersebut. 

B.  Perumusan Masalah  
1.      Berapa lama rentang waktu yang diperlukan oleh Ornithoptera priamus untuk menyelesaikan siklus hidupnya mulai dari telur diletakkan oleh kupu-kupu betina hingga kupu-kupu dewasa keluar dari kepompong?
2.      Bagaimana karakteristik setiap tahap dalam metamorfosis Ornithoptera priamus (telur, larva, pupa dan imago)?
3.      Bagaimana tingkah laku kawin, tingkah laku kupu-kupu betina meletakkan telur serta tingkah laku larva dan pupa ?
4.      Tumbuhan apa yang merupakan sumber pakan larva dan imago Ornithoptera priamus? 
C.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui rentang waktu yang diperlukan oleh Ornithoptera priamus untuk menyelesaikan siklus hidupnya mula mulai dari telur diletakkan oleh kupu-kupu betina hingga imago keluar dari kepompong.
2.      Untuk mengetahui karakteristik setiap tahap dalam metamorfosis Ornithoptera priamus  yaitu telur, larva, pupa dan imago.
3.    Untuk mengetahui tingkah laku kawin, tingkah laku kupu-kupu betina meletakkan telur serta tingkah laku larva dan pupa
4.      Mengetahui jenis-jenis tumbuhan yang merupakan sumber pakan larva dan imago Ornithoptera priamus.
D.    Manfaat hasil Penelitian
1.      Data siklus hidup, tingkah laku serta sumber pakan Ornithoptera priamus sangat diperlukan untuk mendukung kesuksesan program penangkaran (konservasi) kupu-kupu tersebut guna meningkatkan jumlah populasinya di alam. 
2.      Data siklus hidup, tingkah laku serta sumber pakan Ornithoptera priamus juga dapat digunakan sebagai sumber referensi pengajaran Biologi di SMP dan SMA khususnya di Papua yang menggunakan metode pendekatan lingkungan dan muatan lokal.





BAB II
TELAAH PUSTAKA


A.     Karakteristik Kupu-kupu Sayap Burung (Ornithoptera)
Kupu-kupu sayap burung (Ornithoptera) merupakan kupu-kupu yang sangat populer dan sangat digemari para kolektor kupu-kupu karena ukurannya yang besar dan sayapnya menyerupai burung serta warnanya yang menarik juga karena kupu-kupu sayap burung memiliki distribusi yang terbatas. Kupu-kupu sayap burung (Ornithoptera)  terdiri dari 10 spesies dan sebagian besar  kupu-kupu sayap burung tersebut endemik di daratan besar New Guinea termasuk Papua kecuali spesies O. priamus, O. goliath dan O. victoriae. Ornithoptera priamus memiliki distribusi yang lebih luas yaitu Maluku, daratan besar New Guinea, kepulauan Bismarks, Solomon, Torrest Strait dan sebagian  Australia.  O. goliath selain ditemukan di daratan pulau besar New Guinea juga ditemukan di Pulau Seram dan Pulau Goodenough di PNG. Sedangkan O. victoriae  ditemukan di Pulau Bougainville (PNG) dan Pulau Solomon. O. tithonus dan O. rothschildi adalah spesies kupu-kupu sayap burung  endemik Papua dan kedua spesies tersebut tidak ditemukan di tempat lain di seluruh dunia termasak PNG (Parsons, 1999).  
Kupu-kupu sayap burung (Ornithoptera) berukuran sangat besar khususnya pada betina. Jantan dan betina tidak hanya berbeda ukuran tetapi warnanya juga berbeda sangat menyolok yang dikenal dengan istilah dimorphism (dimorfisme).
Seperti mahluk hidup lainnya kupu-kupu juga harus makan kalau tidak mereka akan kelaparan. Makanan adalah salah satu faktor penting dalam menentukan  jumlah populasi hewan, habitat tempat hidupnya dan penyebarannya        (Borror, at. al.,1992).   

B.     Sumber Pakan Kupu-kupu Sayap Burung (Ornithoptera)
Pada umunya Kupu-kupu adalah pemakan tumbuhan atau disebut juga dengan istilah fitofagus. Pada tahap ulat (larva) biasaya memakan daun-daun yang merupakan sumber pakannya (food plant). Larva memiliki cara makan tipe pengunyah karena memiliki rahang (mandible) yang kuat yang digunakan untuk mengunyah daun-daun.  Pada saat dewasa (imago) perilaku makan dan sumber makanannya juga berubah. Cara makan imago berubah menjadi tipe pengisap dan sumber makannnya pada umumnya adalah madu yang dihasilkan oleh bunga. Imago memiliki bagian mulut yang disebut proboscis yang menyerupai tabung panjang yang digunakan untuk mengisap madu (nektar) bunga atau cairan yang merupakan sumber makananya (Imes, 1996).  
 Kupu-kupu (imago) maupun larva memakan berbagai jenis tumbuhan sumber pakan (food plant) atau memiliki tumbuhan sumber pakan yang terbatas atau spesifik. Larva kupu-kupu yang hanya memakan jenis tumbuhan tertentu (spesifik) populasinya di alam lebih sedikit dibandingkan dengan kupu-kupu yang dapat memakan lebih dari satu jenis tumbuhan sumber pakan.
C.     Siklus Hidup Kupu-kupu Sayap Burung (Ornithoptera)
Umumnya serangga bertelur dan telurnya berkembang di luar tubuh induk betina. Dalam perkembangannya kupu-kupu memperihatkan perubahan bentuk. Proses tersebut dikenal dengan istilah metamorfosis. Metamorfosis pada kupu-kupu disebut metamorfosis sempurna atau holometabola. Siklus hidup  serangga holometabola terdiri dari empat tahap perkembangan yang berbeda yaitu telur, larva, pupa dan imago.  Larva menetas dari telur yang disebut juga dengan nama ulat. Sepanjang hidupnya larva aktif makan dan bergerak dan pada saat bertambah besar berganti kulit beberapa kali. Proses ganti kulit tersebut dikenal dengan istilah molting.  Tahap perkembangan antara pergantian kulit yang berurutan disebut dengan istilah instar. Pada molting terakhir dibentuk kepompong atau pupa. Pada tahap pupa berhenti makan dan tidak aktif bergerak. Tahap pupa berakhir setelah imago keluar dari bungkus kepompong (Imes, 1996).             



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A.     Lokasi Penelitian  
        
Mengingat luasnya wilayah Cagar Alam Pegunungan Cyclops maka lokasi penelitian dibatasi pada dua lokasi yang merupakan habitat kupu-kupu Ornithoptera priamus yaitu Pos Tujuh (Sentani)  dan Camp Walker (Waena).

B.     Waktu Penelitian  
        
Observasi sumber pakan, siklus hidup dan perilaku kupu-kupu Ornithoptera priamus dilakukan selama 6 bulan (Desember 2007 s/d Mei 2008). 

C.     Pengamatan Siklus Hidup Kupu-kupu
        
         Penelitian sumber pakan, siklus hidup dan perilaku kupu-kupu Ornithoptera priamus dilakukan dengan menggunakan metode observasi langsung (direct observation).
         Cara mengobservasi sumber pakan (food plant) larva dilakukan dengan mengadopsi metode yang digunakan oleh Cayabyab (1993) yaitu dengan cara mengobservasi langsung pada saat Ornithoptera betina meletakan telurnya pada   tumbuhan pakannya. Telur-telur dan tumbuhan pakan tersebut tersebut ditempatkan pada kandang pemeliharaan kupu-kupu dan dipelihara hingga menetas menjadi ulat, pupa dan dewasa (imago). Ulat tersebut diberi makan setiap hari dengan daun-daun tumbuhan yang merupakan sumber pakannya. Pemeliharaan kupu-kupu dalam kandang bertujuan untuk mengetahui rentang waktu yang dibutuhkan (siklus hidup) sejak telur diletakkan oleh kupu-kupu betina hingga menjadi dewasa (imago). Seluruh tahap-tahap metamorfosis (telur, larva, pupa dan imago) di dokumentasi, diukur dan dideskripsi karakteristiknya.
         Observasi sumber pakan imago Ornithoptera priamus dengan mengobservasi kupu-kupu tersebut pada saat mengisap madu. Jenis-jenis tumbuhan berbunga yang dikunjungi dan diamati diisap madunya dicatat.

D.     Identifikasi Sumber Pakan Ornithoptera priamus 

         Tumbuhan sumber pakan ulat maupun sumber nektar imago diidentifikasi secara langsung ditempat penelitian. Buku Kunci identifikasi tumbuhan yang digunakan adalah “The Flowering Plants of Papuasia” oleh Johnz (1987).
         Untuk jenis-jenis tumbuhan sumber pakan yang tidak dapat diidentifikasi dibuat herbariumnya dan dikirim ke Pusat Studi Keanekaragaman Hayati di UNIPA, Manokwari untuk diidentifikasi lebih lanjut.  




























BAB IV
HASIL PENELITIAN


A.     Siklus Hidup Ornithoptera priamus 

         Ornithoptera priamus memiliki metamorfosis sempurna yaitu memiliki empat tahap perkembangan yang berbeda yaitu telur, larva, kepompong (pupa) dan dewasa (imago). Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu siklus hidup Ornithoptera priamus dari telur diletakkan oleh kupu-kupu betina hingga imago keluar dari kepompong adalah berkisar 53-80 hari. Masa stadium telur berkisar 8-10 hari, stadium larva sekitar satu bulan yaitu berkisar 25-30 hari, sedangkan masa stadium pupa adalah sekitar 20-40 hari.
         Deskripsi dari setiap metamorfosis Ornithoptara  priamus adalah sebagai berikut:
1.            Telur
                  Telur bulat dan permukaannya halus dengan diameter 3,5-4 mm. Pada saat   telur baru diletakkan pada daun-daun dilengkapi dengan perekat yang berwarna kuning sehingga telur berwarna kuning. Perekat tersebut berfungsi merekatkan telur dengan daun sehingga tidak akan jatuh pada saat daun bergerak. Warna telur berubah menjadi putih pada saat tercuci oleh air hujan.        
2.            Larva
Dalam perkembangannya larva mengganti kulit sebanyak empat kali dengan lima tahap instar.   
Larva instar pertama memiiki panjang sekitar 7 hingga 8 mm. Larva berwarna merah anggur pada saat baru menetas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dalam waktu beberapa jam setelah menetas. Setiap segmen tubuh larva memiliki memiliki enam baris tuberkel dimana bagian dasar dari tuberkel tersebut lunak tetapi bagian ujungnya lebih keras dan berduri. Tuberkel tersebut sama dengan warna dasar tubuh larva  yaitu berwarna coklat tua.
Larva instar kedua sekitar 12-14 mm panjangnya dan tampak hampir sama dengan larva instar pertama kecuali seluruh tuberkel berubah menjadi lunak dan duri pada ujungnya hilang. Ujung Tuberkel pada bagian dorsal  berubah menjadi merah sedangkan bagian dasarnya tetap berwarna coklat tua sama dengan warna dasar tubuh larva. Pasangan tuberkel pada bagian dorsal segmen keempat dari abdomen tampak menyolok karena seluruh tuberkel dari dasar hingga ujungnya berwarna merah.   
Larva instar ketiga sekitar 23-25 mm panjangnya dan tampak hampir sama dengan tahap instar sebelumnya kecuali bagian dasar pasangan tuberkel pada bagian dorsal segmen keempat dari abdomen mulai membentuk wilayah berwarna putih kekuningan yang berbentuk sadel.
 Pada larva instar keempat wilayah yang berbentuk sadel tersebut makin   meluas kearah lateral. Larva instar keempat dan kelima sama dengan ciri-ciri larva instar ketiga hanya ukurannya lebih besar dan lebih panjang. Wilayah yang berbentuk sadel pada bagian lateral sudah terbentuk sempurna.  Larva instar  kelima panjangnya sekitar 80-90 mm.
3.            Pupa
Panjang pupa untuk betina berkisar 60-65 mm sedangkan panjang pupa jantan sekitar 55-60 mm. Pupa berwarna kuning pada saat pupa baru terbentuk dan berubah menjadi warna kuning kecoklatan pada saat mau menetas. Pupa berbentuk huruf S dari arah samping (lateral).
4.            Imago
Jantan dan betina Ornithoptera priamus berbeda warna maupun ukurannya (dimorfik). Jantan berukuran lebih kecil dibandingkan dengan betina. Jantan memiliki bentangan sayap 80 mm sedangkan betina 98 mm. Sayap jantan sangat menyolok yang merupakan perpaduan warna hijau, hitam dan kuning.  Warna sayap betina kurang menarik dengan warna dasar coklat tua dengan bercak-bercak berwarna putih abu-abu. Tepi sayap belakang bagian bawah berwarna kuning dengan spot-spot berwarna coklat.  





















Gambar 1. Tahap-Tahap Metamorfosis pada Ornithoptera priamus
 



 

 







 

 



  1c.Larva instar pertama
 



  1d. Larva instar kedua
 




 



 




  1e. Larva Instar ketiga
 

  1f. Larva instar keempat
 



 

 




  1g. Larva Instar kelima sedang  memakan buah Aristolochia  tagala
 



  1h. Tahap prepupa memintal benang sutera hitam yang digunakan untuk mengikatkan bagian thorax dengan daun atau ranting. 
 








































 



 1j. Imago Ornithoptera priamus jantan yang baru keluar dari pupa
 
















B.     Perilaku  Ornithoptera priamus
1.      Perilaku kawin
Jantan akan terbang mengejar kemana saja betina terbang hingga keduanya kawin.  Pada saat kawin posisi betina dibagian atas dan jantan dibagian bawah. Keduanya kawin sambil terbang dengan kepakan sayap yang lebih cepat dari biasanya.
Gambar 2.  Perilaku Kawin Ornithoptera priamus
2.      Perilaku betina dalam meletakkan telur
Sebelum meletakkan telur betina akan terbang berputar-putar pada lokasi dimana dijumpai Aristolochia tagala yang merupakan tumbuhan sumber pakan larvanya. Telur diletakkan dibalik daun-daun pohon tempat menjalarnya Aristolochia tagala dan sangat jarang diletakkan secara langsung pada daun Aristolochia tagala. Diduga peletakkan telur dibalik daun bertujuan untuk menghindari serangan predator. Telur diletakkan oleh betina satu per satu dibalik daun hinggap dan terbang beberapa kali dengan cepat. Jumlah telur yang diletakkan sekitar 5 telur.
3.      Perilaku larva
Larva yang baru menetas biasanya memakan sisa-sisa cairan dan kulit telur tempat larva tersebut berasal. Setelah itu larva akan bergerak mencari daun-daun muda Aristolochia tagala. Larva makan tanpa henti dan bergerak sangat aktif kecuali pada saat ganti kulit (molting) larva berhenti makan dan tidak aktif bergerak. Larva tersebut sangat rakus dan memakan daun  Aristolochia tagala hingga habis daunnya. Bahkan batang dan buah Aristolochia tagala pun kadang juga dimakan. Pada saat larva diganggu akan menjulurkan osmeterium yang merupakan organ berwarna menyolok (jingga kemerahan) terdapat pada kepala mengeluarkan cairan. 
Pada saat memasuki larva instar kelima (terakhir) larva akan meninggalkan tumbuhan pakannya (Aristolochia tagala) dan berpindah hingga beberapa meter dari tumbuhan pakannya dan larva instar terakhir tersebut akan membentuk pupa pada tumbuhan lain disekitarnya.
Gambar 3. Perilaku larva Ornithoptera priamus








 

 



Gb.3a  Larva yang sedang makan  daun A. tagala. Pada tahap larva mereka makan tanpa henti
 

Gb. 3b Larva yang baru bergnti kulit dan menjulurkan osmeterium
 
 












4.      Perilaku Pupa
Pada tahap prepupa ukurannya menjadi memendek dan dan menghasilkan benang sutra berwarna hitam pada bagian dada (thorax) yang digunakan untuk mengikatkan diri pupa pada daun atau ranting.
Gambar 4. Perilaku Pupa Ornithoptera priamus










 

 



Gb. 4a  Larva instar terakhir  (prepupa)  sedang memintal benang sutera yang digunakan untuk mengikatkan thorax dengan daun atau ranting melekatkan dirinya pada daun
 

Gb. 4b Prepupa berubah menjadi pupa  dengan benang sutera yang telah terbentuk sempurna yang digunakan oleh pupa bergantung pada daun
 













C.     Tumbuhan Sumber Pakan Ornithoptera priamus
         Tumbuhan pakan larva Ornithoptera priamus adalah tumbuhan menjalar yaitu Aristolochia tagala. Bunga tumbuhan tersebut berwarna ungu dan buah berwarna hijau serta berbentuk bulat. Bijinya sangat banyak ditemukan pada satu buah yang berjumlah hampir seratus biji. Biji tipis dan ada gambar berbentuk jantung ditengahnya.
         Sedangkan tumbuhan sumber nektar imago Ornithoptera priamus dilokasi penelitian diobservasi paling sering mengunjungi dan mengisap bunga Hibiscus rosa sinensis, Lantana camara, Clerodendrum bethunianum, dan Ixora sp.
Gambar 5. Aristolochia tagala tumbuhan sumber pakan larva O. priamus









 


 



5.a. Aristolochia. tagala adalah tumbuhan merambat sumber pakan larva O. priamus 

 

5.b. Bunga Aristolochia . tagala 

 



 
 





















       








 



5.d. Biji Aristolochia  tagala  berbentuk hati di tengahnya

 

5.c. Buah Aristolochia  tagala 

 

 























Gambar 6. Jenis-Jenis Tumbuhan Sumber Nektar Imago O. priamus


 
 

















              




6.a. Ornithoptera priamus betina sedang    mengisap nektar bunga Ixora sp. 
 
 
























 



 



6.b. Ornithoptera priamus betina sedang    menghisap nektar bunga Hibiscus rosa sinensis 
 

6.c. Bunga  Lancana camara sumber nektar kupu-kupu Ornithoptera priamus  
 



   c
 



 d
 




e
 



 f
 

 g
 




Figur 4. a. Ixora sp., b. Hibiscus rosa-sinensis, c. Costus speciosus,
             d. Ixora sp., e. Stachitarpeta jamaicensis, f. S. indica,
             g. Chromolaena odorata   
 
 
























BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A.      Kesimpulan

 Berdasarkan hasil observasi langsung dilokasi penelitian (Waena dan Kamwolker) dan hasil pengamatan pemeliharaan Ornithoptera priamus maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 
1.      Rentang waktu yang diperlukan oleh Ornithoptera priamus untuk menyelesaikan siklus hidupnya mulai dari telur diletakkan oleh kupu-kupu betina hingga imago  keluar dari kepompong adalah berkisar  53-80 hari. Masa stadium telur berkisar 8-10 hari, stadium larva sekitar satu bulan yaitu berkisar 25-30 hari, sedangkan masa stadium pupa adalah sekitar 20-40 hari. Siklus tersebut relative lebih lama dibandingkan dengan spesies kupu-kupu lainnya.
2.      Seperti kupu-kupu lainnya Ornithoptera priamus memiliki metamorfosis tipe holometabola dengan empat tahap perkembangan yang berbeda yaitu telur, larva, pupa dan imago. Telur bulat dan permukaan yang halus. Larva berwarna dasar coklat kehitaman dan memiliki bagian berwarna putih pada dorsal segmen abdomen keempat tersebut meluas kearah lateral yang berbentuk sadel. Larva ganti kulit (molting) sebanyak 4 kali dengan 5 tahap instar.  Pupa berwarna kuning pada saat pupa baru terbentuk dan berubah menjadi kuning kecoklatan pada saat mau menetas. Pupa berbentuk huruf S dari arah samping.
3.      Perilaku kawin adalah kupu-kupu jantan mengejar kupu-kupu betina. Proses kawin dilakukan sambil terbang dengan posisi jantan berada dibagian atas. Pada saat kawin kepakan sayap lebih cepat.   

4.      Kupu-kupu betina biasanya meletakkan telur dibalik daun-daun tumbuhan tempat  Aristolochia tagala menjalar dan sangat jarang diletakkan langsung pada daun Aristolochia tagala.. Telur diletakkan oleh betina satu per satu dengan jumlah sekitar 5 butir
5.      Larva sangat aktif makan dan aktif bergerak kecuali pada saat berganti kulit larva berhenti makan dan kurang aktif. Larva instar terakhir biasanya meninggalkan tumbuhan sumber pakannya (Aristolochia tagala) hingga beberapa meter dan akan membentuk pupa pada tumbuhan lain. Pada tahap prepupa ukurannya menjadi memendek dan dan menghasilkan benang sutra berwarna hitam pada bagian dada (thorax) yang digunakan untuk mengikatkan diri pupa pada daun atau ranting.
6.      Tumbuhan pakan larva Ornithoptera priamus adalah daun, buah dan batang Aristolochia tagala.   Sedangkan tumbuhan sumber nektar imago Ornithoptera priamus dilokasi Hibiscus rosa sinensis, Lantana camara,  Clerodendrum bethunianum dan Ixora sp.

B.      Saran-saran

1.      Untuk mendukung pelestarian kupu-kupu perlu kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga kelestarian hutan sebagai habitat dan tersedianya sumber pakan.
2.      Ornithoptera priamus adalah salah satu kupu-kupu sayap burung yang perlu dilindungi dan dijaga kelestariannya karena populasinya menurun terutama disebabkan oleh kerusakan habitat (hutan) dan diperdagangkan karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
3.      Data hasil penelitian ini (siklus hidup, sumber pakan dan perilaku) sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan program konservasi kupu-kupu sayap burung di kawasan Cagar Alam Pegunungan Cyclops.
  



DAFTAR PUSTAKA



Arifin, Zaenal. E. 1998, Dasar-dasar Penulisan Karangan Ilmiah (Lengkap dengan Kaidah Bahasa Indonesia yang benar). Grasindo. Jakarta.

Borror, D.J., C.A. Triplehorn & N.F.Johnson.  Pengenalan Pelajaran Serangga. Penerjemah S. Partosoedjono. Gadjah Mada University Press.Yokyakarta.
Cayabyab, B.F. 1992. A survey of the Rhopalocera (Lepidoptera) of. Mt. Makiling. PhD. Thesis. Unpublished.
Imes, R. 1996. Insect the Practicalguide to Entomology. Greenwich Editions Unit 7. London.
Johnz, R.J. 1987. The Flowering Plants of Papuasia:. University of Technology LAE, PNG.
Parsons, M. 1999. The Butterflies of Papua New Guinea: Their Systematic and Biology. Academic Press, London. 736 pp.
Petocz, R.G. 1983. Conservation and Development in Irian Jaya. A Strategy for Rational Resource  Utilization.  WWF/IUCN Conservation for Development programme in Indonesia. Prepared for Directorate General of Forest Protection and Nature Conservation. Bogor 173 pp.
Ratcliffe, J.B. 1984.  Cagar Alam Pegunungan Cyclops Irian Jaya. WWF /IUCN Project 1528, Special Report, Jayapura. 95 pp.