PANDUAN GURU MATA PELAJARAN IPA
Pendidikan Karakter Terintegrasi
dalam Pembelajaran
di Sekolah Menengah Pertama
BAGIAN I: PANDUAN UMUM
A.
Latar Belakang
Pasal 3 Undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.”
Sehubungan dengan hal
tersebut, salah satu program utama Kementerian Pendidikan Nasional dalam rangka
meningkatkan mutu proses dan output pendidikan pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah adalah pengembangan pendidikan karakter.
Sebenarnya pendidikan
karakter bukan hal yang baru dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Pada
saat ini, setidak-tidaknya sudah ada dua mata pelajaran yang diberikan untuk
membina akhlak dan budi pekerti peserta didik, yaitu Pendidikan Agama dan PKn.
Namun demikian, pembinaan watak melalui kedua mata pelajaran tersebut belum
membuahkan hasil yang memuaskan karena beberapa hal. Pertama, kedua mata
pelajaran tersebut cenderung baru membekali pengetahuan mengenai nilai-nilai
melalui materi/substansi mata pelajaran. Kedua,
kegiatan pembelajaran pada kedua mata pelajaran tersebut pada umumnya belum secara memadai mendorong
terinternalisasinya nilai-nilai oleh masing-masing siswa sehingga siswa
berperilaku dengan karakter yang tangguh. Ketiga, menggantungkan
pembentukan watak siswa melalui kedua mata pelajaran itu saja tidak cukup.
Pengembangan karakter peserta didik perlu melibatkan lebih banyak lagi mata
pelajaran, bahkan semua mata pelajaran. Selain itu, kegiatan pembinaan
kesiswaan dan pengelolaan sekolah dari hari ke hari perlu juga dirancang dan
dilaksanakan untuk mendukung pendidikan karakter.
Merespons sejumlah
kelemahan dalam pelaksanaan pendidikan akhlak dan budi pekerti yang telah
diupayakan inovasi pendidikan karakter. Inovasi tersebut adalah:
1)
Pendidikan
karakter dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Integrasi
yang dimaksud meliputi pemuatan nilai-nilai ke dalam substansi pada semua mata
pelajaran dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang memfasilitasi dipraktikkannya
nilai-nilai dalam setiap aktivitas pembelajaran di dalam dan di luar kelas
untuk semua mata pelajaran.
2)
Pendidikan
karakter juga diintegrasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan kesiswaan.
3)
Selain
itu, pendidikan karakter dilaksanakan melalui kegiatan pengelolaan semua urusan
di sekolah yang melibatkan semua warga sekolah.
Pelaksanaan
pendidikan karakter secara terpadu di dalam semua mata pelajaran (sebagaimana
dimaksud oleh butir 1 di atas) merupakan hal yang baru bagi sebagain besar SMP
di Indonesia. Oleh karena itu, dalam rangka membina pelaksanaan pendidikan
karakter secara terpadu di dalam seluruh mata pelajaran, perlu disusun panduan
pelaksanaan pendidikan karakter yang terintegrasi ke dalam pembelajaran di SMP,
terutama ketika guru menggunakan Buku Sekolah Elektronik (BSE).
B.
Pengertian Pendidikan
Karakter Terintegrasi di dalam Pembelajaran
Yang dimaksud dengan pendidikan karakter secara
terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai,
fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan
penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari
melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas
pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran, yang
dirancang dan dilakukan menjadikan peserta didik menguasai kompetensi secara
utuh yaitu tidak hanya menguasai pengetahuan tetapi juga mengenal,
menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan perilaku menjadikannya
sebagai karakter bangsa.
C.
Strategi Integrasi
Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran
Integrasi pendidikan karakter di dalam proses
pembelajaran dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran pada
semua mata pelajaran.
1. Perencanaan integrasi
pendidikan karakter dalam pembelajaran
Pada tahap perencanaan dilakukan analisis SK/KD, pengembangan silabus,
penyusunan RPP, dan penyiapan bahan ajar.
Analisis SK/KD dilakukan untuk mengidentifikasi nilai-nilai
karakter yang relevan/sesuai secara substansi.. Perlu
dicatat bahwa identifikasi nilai-nilai karakter ini tidak dimaksudkan untuk
membatasi nilai-nilai yang dapat dikembangkan pada pembelajaran SK/KD yang
bersangkutan.
Pengembangan silabus dapat dilakukan dengan merevisi silabus yang telah
dikembangkan dengan menambah komponen (kolom) karakter tepat di sebelah kanan
komponen (kolom) Kompetensi Dasar. Pada kolom tersebut diisi nilai-nilai karakter yang hendak diintegrasikan
dalam pembelajaran. Nilai-nilai yang diisikan tidak hanya terbatas pada
nilai-nilai yang telah ditentukan melalui analisis SK/KD, tetapi dapat ditambah
dengan nilai-nilai lainnya yang dapat dikembangkan melalui kegiatan
pembelajaran (bukan lewat substansi pembelajaran). Setelah itu, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian, dan/atau teknik penilaian, diadaptasi atau
dirumuskan ulang menyesuaikan karakter yang hendak dikembangkan.
Sebagaimana langkah-langkah pengembangan silabus, penyusunan RPP dalam
rangka pendidikan karakter yang terintegrasi dalam pembelajaran dilakukan
dengan cara merevisi RPP yang telah ada. Pertama-tama rumusan tujuan
pembelajaran direvisi/diadaptasi. Revisi/adaptasi tujuan pembelajaran dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu: (1) rumusan tujuan pembelajaran yang telah
ada direvisi hingga satu atau lebih tujuan pembelajaran tidak hanya
mengembangkan kemampuan kognitif dan psikomotorik, tetapi juga karakter, dan
(2) ditambah tujuan pembelajaran yang khusus dirumuskan untuk karakter.
Ke dua, pendekatan/metode pembelajaran diubah (bila diperlukan) agar
pendekatan/metode yang dipilih selain memfasilitasi peserta didik mencapai
pengetahuan dan keterampilan yang ditargetkan, juga mengembangkan karakter.
Ketiga, langkah-langkah pembelajaran direvisi. Kegiatan-kegiatan pembelajaran
dalam setiap langkah/tahap pembelajaran (pendahuluan, inti, dan penutup),
direvisi dan/atau ditambah agar sebagian atau seluruh kegiatan pembelajaran
pada setiap tahapan memfasilitasi peserta didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang ditargetkan dan mengembangkan karakter. Prinsip-prinsip
pendekatan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran aktif yang selama ini
digalakkan aplikasinya oleh Direktorat PSMP sangat efektif mengembangkan
karakter peserta didik.
Ke tiga, bagian
penilaian direvisi. Revisi dilakukan dengan cara mengubah dan/atau menambah
teknik-teknik penilaian yang telah dirumuskan. Teknik-teknik penilaian dipilih
sehingga secara keseluruhan teknik-teknik tersebut mengukur pencapaian peserta
didik dalam kompetensi dan karakter. Di antara teknik-teknik penilaian yang
dapat dipakai untuk mengetahui perkembangan karakter adalah observasi,
penilaian antar teman, dan penilaian diri sendiri. Nilai dinyatakan secara
kualitatif, misalnya:
·
BT: Belum Terlihat (apabila peserta didik belum
memperlihatkan tanda-tanda awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam
indikator).
·
MT: Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai
memperlihatkan adanya tanda-tanda awal perilaku/karakter yang dinyatakan dalam
indikator tetapi belum konsisten).
·
MB: Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah
memperlihatkan berbagai tanda perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator
dan mulai konsisten).
·
MK: Membudaya (apabila peserta didik terus menerus
memperlihatkan perilaku/karakter yang dinyatakan dalam indikator secara
konsisten).
Ke empat, bahan ajar
disiapkan. Bahan/buku ajar merupakan
komponen pembelajaran yang paling berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya
terjadi pada proses pembelajaran. Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata
mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task) yang telah dirancang oleh penulis
buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang berarti.
Melalui program Buku Sekolah Elektronik atau buku
murah, dewasa ini pemerintah telah membeli hak cipta sejumlah buku ajar dari hampir semua mata pelajaran
yang telah memenuhi kelayakan pemakaian berdasarkan penilaian BSNP dari para
penulis/penerbit. Guru wajib menggunakan buku-buku tersebut
dalam proses pembelajaran.
Walaupun buku-buku tersebut telah memenuhi
sejumlah kriteria kelayakan - yaitu kelayakan isi, penyajian, bahasa, dan grafika bahan-bahan ajar tersebut masih belum
secara memadai mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya. Apabila guru
sekedar mengikuti atau melaksanakan pembelajaran dengan berpatokan pada
kegiatan-kegiatan pembelajaran pada buku-buku tersebut, pendidikan karakter
secara memadai belum berjalan. Oleh karena itu, sejalan dengan apa yang telah
dirancang pada silabus dan RPP yang berwawasan pendidikan karakter, bahan ajar
perlu diadaptasi. Adaptasi yang paling mungkin dilaksanakan oleh guru adalah
dengan cara menambah kegiatan pembelajaran yang sekaligus dapat
mengembangkan karakter. Cara lainnya adalah dengan mengadaptasi atau
mengubah kegiatan belajar pada buku ajar yang dipakai. Selain itu, adaptasi dapat dilakukan dengan merevisi substansi
pembelajarannya.
Sebuah kegiatan belajar (task), baik
secara eksplisit atau implisit terbentuk atas enam komponen. Komponen-komponen
yang dimaksud adalah:
b.
Input
c.
Aktivitas
d.
Pengaturan (Setting)
e.
Peran guru
f.
Peran peserta didik
Dengan demikian, perubahan/adaptasi kegiatan
belajar yang dimaksud menyangkut perubahan pada komponen-komponen tersebut.
Secara umum, kegiatan belajar yang potensial
dapat mengembangkan karakter peserta didik memenuhi prinsip-prinsip atau
kriteria berikut.
1. Tujuan
Dalam hal tujuan, kegiatan belajar yang
menanamkan nilai adalah apabila tujuan kegiatan tersebut tidak hanya
berorientasi pada pengetahuan, tetapi juga sikap. Oleh karenanya, guru perlu
menambah orientasi tujuan setiap atau sejumlah kegiatan belajar dengan
pencapaian sikap atau nilai tertentu, misalnya kejujuran, rasa percaya diri,
kerja keras, saling menghargai, dan sebagainya.
2. Input
Input dapat didefinisikan sebagai bahan/rujukan
sebagai titik tolak dilaksanakannya aktivitas belajar oleh peserta
didik. Input tersebut dapat berupa
teks lisan maupun tertulis, grafik, diagram, gambar, model, charta, benda
sesungguhnya, film, dan sebagainya. Input yang dapat memperkenalkan nilai-nilai
adalah yang tidak hanya menyajikan materi/pengetahuan, tetapi yang juga menguraikan nilai-nilai yang
terkait dengan materi/pengetahuan tersebut.
3. Aktivitas
Aktivitas belajar adalah apa yang dilakukan oleh
peserta didik (bersama dan/atau tanpa guru) dengan input belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Aktivitas belajar yang dapat membantu peserta didik
menginternalisasi nilai-nilai adalah aktivitas-aktivitas belajar aktif yang
antara lain mendorong terjadinya autonomous
learning dan bersifat learner-centered.
Pembelajaran yang memfasilitasi autonomous
learning dan berpusat pada siswa secara otomatis akan membantu siswa
memperoleh banyak nilai. Contoh-contoh aktivitas belajar yang memiliki
sifat-sifat demikian antara lain diskusi, eksperimen, pengamatan/observasi,
debat, presentasi oleh siswa, dan mengerjakan proyek.
4. Pengaturan (Setting)
Pengaturan (setting) pembelajaran berkaitan
dengan kapan dan di mana kegiatan dilaksanakan, berapa lama, apakah secara
individu, berpasangan, atau dalam kelompok. Masing-masing setting berimplikasi terhadap nilai-nilai yang terdidik. Setting waktu penyelesaian tugas yang
pendek (sedikit), misalnya akan menjadikan peserta didik terbiasa kerja dengan
cepat sehingga menghargai waktu dengan baik. Sementara itu kerja kelompok dapat
menjadikan siswa memperoleh kemampuan bekerjasama, saling menghargai, dan
lain-lain.
5. Peran guru
Peran guru dalam kegiatan belajar pada buku ajar
biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit. Pernyataan eksplisit peran guru
pada umumnya ditulis pada buku petunjuk guru. Karena cenderung dinyatakan
secara implisit, guru perlu melakukan inferensi terhadap peran guru pada
kebanyakan kegiatan pembelajaran apabila buku guru tidak tersedia.
Peran guru yang memfasilitasi diinternalisasinya
nilai-nilai oleh siswa antara lain guru sebagai fasilitator, motivator,
partisipan, dan pemberi umpan balik. Mengutip ajaran Ki Hajar Dewantara, guru
yang dengan efektif dan efisien mengembangkan karakter siswa adalah mereka yang
ing ngarsa sung tuladha (di depan guru berperan sebagai teladan/memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah-tengah
peserta didik guru membangun prakarsa dan bekerja sama dengan mereka), tut wuri handayani (di belakang guru memberi daya semangat
dan dorongan bagi peserta didik).
6. Peran peserta didik
Seperti halnya dengan peran guru dalam kegiatan
belajar pada buku ajar, peran siswa biasanya tidak dinyatakan secara eksplisit
juga. Pernyataan eksplisit peran siswa pada umumnya ditulis pada buku petunjuk
guru. Karena cenderung dinyatakan secara implisit, guru perlu melakukan
inferensi terhadap peran siswa pada kebanyakan kegiatan pembelajaran.
Agar peserta didik terfasilitasi dalam mengenal,
menjadi peduli, dan menginternalisasi karakter, peserta didik harus diberi
peran aktif dalam pembelajaran. Peran-peran tersebut antara lain sebagai
partisipan diskusi, pelaku eksperimen, penyaji hasil-hasil diskusi dan
eksperimen, pelaksana proyek, dsb.
2.
Pelaksanaan
pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan,
inti, dan penutup, dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik
mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan. Sebagaimana disebutkan di depan,
prinsip-prinsip Contextual Teaching and
Learning disarankan diaplikasikan pada semua tahapan pembelajaran karena
prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sekaligus dapat memfasilitasi
terinternalisasinya nilai-nilai. Selain itu, perilaku guru sepanjang proses
pembelajaran harus merupakan model pelaksanaan nilai-nilai bagi peserta didik.
Diagram 1.1. berikut menggambarkan penanaman karakter melalui pelaksanaan
pembelajaran.
Diagram 1.1: Penanaman Karakter melalui
Pelaksanaan Pembelajaran
A. Tindak Lanjut Pembelajaran
Tugas-tugas penguatan (terutama pengayaan)
diberikan untuk memfasilitasi peserta didik belajar lebih lanjut tentang
kompetensi yang sudah dipelajari dan internalisasi nilai lebih lanjut.
Tugas-tugas tersebut antara lain dapat berupa PR yang dikerjakan secara
individu dan/atau kelompok baik yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang
singkat ataupun panjang (lama) yang berupa proyek. Tugas-tugas tersebut selain dapat
meningkatkan penguasaan yang ditargetkan, juga menanamkan nilai-nilai.
D.
Nilai-nilai Karakter
untuk SMP
Ada banyak nilai (80 butir) yang dapat dikembangkan pada peserta didik.
Menanamkan semua butir nilai tersebut merupakan tugas yang sangat berat. Oleh
karena itu perlu dipilih nilai-nilai tertentu sebagai nilai utama yang
penanamannya diprioritaskan. Untuk tingkat SMP, nilai-nilai utama tersebut
disarikan dari butir-butir SKL, yaitu:
1.
Kereligiusan
Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan
selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
2. Kejujuran
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
3. Kecerdasan
Kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas secara cermat, tepat, dan
cepat.
4. Ketangguhan
Sikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak mudah putus asa ketika
menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehingga
mampu mengatasi kesulitan dalam mencapai tujuan
5. Kedemokrasian
Cara berfikir,
bersikap dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
6.
Kepedulian
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan memperbaiki
penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar dirinya.
7. Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau
logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan
termutakhir dari apa yang telah
dimiliki.
9. Keberanian mengambil
risiko
Kesiapan menerima risiko/akibat yang mungkin timbul
dari tindakan yang dilakukan
10. Berorientasi pada
tindakan
Kemampuan untuk mewujudkan gagasan menjadi tindakan
nyata
11. Berjiwa kepemimpinan
Kemampuan
mengarahkan dan mengajak individu atau kelompok untuk mencapai tujuan dengan
berpegang pada asas-asas kepemimpinan yang berbudaya.
12. Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan guna
menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan sebaik-baiknya.
13. Tanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan YME.
14. Gaya hidup sehat
Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat
mengganggu kesehatan.
15. Kedisiplinan
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
16. Percaya diri
Sikap yakin akan
kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
17. Keingintahuan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
18. Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap pengetahuan.
19. Kesadaran akan hak dan kewajiban diri
dan orang lain
Sikap tahu dan
mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang
lain serta tugas/kewajiban diri
sendiri serta orang lain.
20. Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial
Sikap menurut dan
taat terhadap aturan-aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.
21. Penghargaan pada karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan mengakui
dan menghormati keberhasilan orang lain.
22. Kesantunan
Sifat yang halus
dan baik dari sudut pandang tata bahasa
maupun tata perilakunya ke semua orang.
23. Nasionalis
Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan
yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
24. Menghargai keberagaman
Sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam
hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
Di antara butir-butir nilai tersebut di atas, enam butir dipilih sebagai
nilai-nilai pokok sebagai pangkal tolak pengembangan, yaitu:
1. Kereligiusan
2. Kejujuran
3. Kecerdasan
4. Ketangguhan
5. Demokratis
6. Kepedulian
Keenam butir nilai tersebut ditanamkan melalui semua mata pelajaran
dengan intensitas penanaman lebih dibandingkan penanaman nilai-nilai lainnya.
E.
Pemetaan Nilai-nilai
Karakter untuk Integrasi dalam Mata Pelajaran
Apabila semua nilai tersebut di atas harus ditanamkan dengan
intensitas yang sama pada setiap mata pelajaran, penanaman nilai menjadi sangat
berat. Oleh karena itu perlu dipilih sejumlah nilai utama sebagai pangkal tolak
bagi penanaman nilai-nilai lainnya pada setiap mata
pelajaran. Dengan kata lain, tidak
setiap mata pelajaran diberi integrasi semua butir nilai tetapi beberapa nilai
utama saja walaupun tidak berarti bahwa nilai-nilai yang lain tersebut tidak
diperkenankan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran tersebut. Dengan demikian
setiap mata pelajaran memfokuskan pada penanaman nilai-nilai utama tertentu
yang paling dekat dengan karakteristik mata pelajaran yang bersangkutan. Tabel
1.1 menyajikan contoh distribusi nilai-nilai pokok dan utama ke dalam semua mata pelajaran.
Mata Pelajaran
|
Nilai Utama
|
1. Pendidikan Agama
|
Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, demokratis, kesantunan, kedisiplinan, tanggung jawab, cinta ilmu, keingintahuan, percaya diri, menghargai
keberagaman, kepatuhan terhadap aturan sosial, gaya hidup sehat, kesadaran akan hak dan kewajiban,
kerja keras
|
2. PKn
|
Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, demokratis, nasionalis, kepatuhan terhadap aturan sosial, menghargai keberagaman, sadar akan hak dan
kewajiban diri dan orang lain
|
3. Bahasa Indonesia
|
Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan,
kepedulian, demokratis, berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, tanggung jawab,
keingintahuan, kesantunan, nasionalis
|
4. Matematika
|
Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, demokratis, berpikir logis, kritis, kerja
keras, keingintahuan, kemandirian, percaya
diri
|
5. IPS
|
Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, demokratis, nasionalis, menghargai keberagaman, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, kepedulian sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, kerja keras
|
6. IPA
|
Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan,
ketangguhan, kepedulian, demokratis, keingintahuan, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, kejujuran, gaya hidup sehat, percaya
diri, menghargai keberagaman, kedisiplinan, kemandirian, tanggung jawab, cinta ilmu, kecermatan dan ketelitian.
|
7. Bahasa Inggris
|
Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan,
kepedulian, demokratis, menghargai keberagaman, kesantunan, percaya diri, kemandirian, kerjasama,kepatuhan pada aturan sosial
|
8. Seni
Budaya
|
Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, demokratis,, menghargai keberagaman,
nasionalis, dan menghargai karya orang lain, keingintahuan, kedisiplinan.
|
9. Penjasorkes
|
Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, demokratis, gaya hidup sehat, kerja keras, kedisiplinan, percaya diri, kemandirian, menghargai karya dan
prestasi orang lain
|
10.TIK/ Keterampilan
|
Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, demokratis, berpikir logis, kritis,
kreatif, dan inovatif, kemandirian, tanggung jawab, dan menghargai karya orang lain
|
11. Muatan Lokal
|
Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, demokratis, menghargai keberagaman,
menghargai karya orang lain, nasionalis
|
Tabel 1.1. Contoh Distribusi
Nilai-Nilai Utama ke dalam Mata Pelajaran
F.
Pembelajaran yang
Mengembangkan Karakter
Sebagaimana disebutkan di depan, integrasi pendidikan karakter di dalam proses pembelajaran dilaksanakan
mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran pada semua
mata pelajaran. Di antara prinsip-prinsip yang dapat diadopsi dalam membuat
perencanaan pembelajaran (merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian dalam
silabus, RPP, dan bahan ajar), melaksanakan proses pembelajaran, dan evaluasi yang mengembangkan karakter adalah prinsip-prinsip pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang selama ini telah
diperkenalkan kepada guru, termasuk guru-guru SMP seluruh Indonesia sejak 2002.
Pada dasarnya pembelajaran kontekstual merupakan konsep
pembelajaran yang membantu guru dalam mengkaitkan materi pelajaran dengan
kehidupan nyata siswa, dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dipelajarinya dengan kehidupan mereka. Pembelajaran
kontekstual menerapkan sejumlah prinsip belajar. Prinsip-prinsip tersebut secara singkat dijelaskan
berikut ini.
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstrukstivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa orang menyusun
atau membangun pemahaman mereka terhadap sesuatu berdasarkan pengalaman-pengalaman baru dan pengetahuan awal dan kepercayaan mereka.
Pemahaman konsep yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman
belajar otentik dan bermakna;
guru mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mendorong
aktivitas berpikirnya. Pembelajaran dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’
bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar
mengajar. Pembelajaran dirancang dalam bentuk siswa bekerja, praktik
mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan,
mendemonstrasikan, menciptakan gagasan, dan sebagainya.
Tugas guru dalam pembelajaran konstruktivis adalah memfasilitasi proses
pembelajaran dengan:
a. menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,
b. memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri,
c. menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Penerapan teori
belajar konstruktivisme dalam pembelajaran dapat mengembangkan berbagai
karakter, antara lain berfikir kritis dan logis, mandiri, cinta ilmu, rasa
ingin tahu, menghargai orang lain, bertanggung jawab, dan percaya diri.
2. Bertanya (Questioning)
Penggunaan pertanyaan untuk menuntun berpikir siswa lebih baik daripada
sekedar memberi siswa informasi untuk memperdalam pemahaman siswa. Siswa
belajar mengajukan pertanyaan tentang fenomena, belajar bagaimana menyusun
pertanyaan yang dapat diuji, dan belajar untuk saling bertanya tentang bukti,
interpretasi, dan penjelasan. Pertanyaan digunakan guru untuk mendorong,
membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk:
(a) menggali informasi, baik teknis maupun akademis
(b) mengecek pemahaman siswa
(c) membangkitkan respon siswa
(d) mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
(e) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
(f) memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
(g) menyegarkan kembali pengetahuan siswa
Pembelajaran yang
menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk menuntun siswa mencapai tujuan belajar
dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis dan logis,
rasa ingin tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, dan percaya diri.
3. Inkuiri (Inquiry)
Inkuiri adalah proses pembelajaran yang diawali dengan
pengamatan dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut didapat melalui siklus menyusun hipotesis,
mengembangkan cara pengujian hipotesis, membuat pengamatan, dan menyusun teori
serta konsep yang berdasar pada data dan pengetahuan.
Langkah-langkah kegiatan inkuiri:
a) merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun)
b) Mengamati atau melakukan observasi
c) Menganalisis dan menyajikan hasil
dalam tulisan, gambar, laporan, bagan,
tabel, dan karya lain
d) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas,
guru, atau yang lain
Pembelajaran yang
menerapkan prinsip inkuiri dapat
mengembangkan berbagai karakter, antara lain berfikir kritis, logis, kreatif, dan inovatif, rasa ingin
tahu, menghargai pendapat orang lain, santun, jujur, dan tanggung jawab.
4. Masyarakat Belajar (Learning
Community)
Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan
belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam. Semua siswa harus mempunyai
kesempatan untuk bicara dan berbagi ide, mendengarkan ide siswa lain dengan
cermat, dan bekerjasama untuk membangun pengetahuan dengan teman di dalam
kelompoknya. Konsep ini didasarkan pada ide bahwa belajar secara bersama lebih
baik daripada belajar secara individual.
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah.
Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi
yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang
diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi jika
tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa
segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu. Semua pihak
mau saling mendengarkan.
Praktik masyarakat belajar terwujud dalam:
(a) Pembentukan kelompok kecil
(b) Pembentukan kelompok besar
(c) Mendatangkan ‘ahli’ ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, petani, polisi,
dan lainnya)
(d) Bekerja dengan kelas sederajat
(e) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya
(f) Bekerja dengan masyarakat
Penerapan prinsip
masyarakat belajar di dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan berbagai
karakter, antara lain kerjasama, menghargai pendapat orang lain, santun,
demokratis, patuh pada turan sosial, dan tanggung jawab.
5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir,
bekerja, dan belajar. Pemodelan tidak jarang memerlukan siswa untuk berpikir
dengan mengeluarkan suara keras dan mendemonstrasikan apa yang akan dikerjakan
siswa. Pada saat pembelajaran, sering guru memodelkan bagaimana agar siswa
belajar. Guru menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu untuk mempelajari sesuatu yang baru. Guru
bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Contoh praktik pemodelan di kelas:
a) Guru olah raga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu di hadapan siswa
b) Guru PKn mendatangkan seorang veteran kemerdekaan ke kelas, lalu siswa diminta
bertanya jawab dengan tokoh tersebut
c) Guru Geografi menunjukkan peta jadi yang dapat digunakan sebagai contoh
siswa dalam merancang peta daerahnya
d) Guru Biologi mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu badan
Pemodelan dalam
pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan rasa ingin tahu, menghargai orang
lain, dan rasa percaya diri.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi dilakukan
agar siswa memikirkan kembali apa yang telah mereka pelajari dan
lakukan selama proses pembelajaran untuk membantu mereka menemukan makna personal masing-masing. Refleksi biasanya
dilakukan pada akhir pembelajaran antara lain melalui diskusi,
tanya-jawab, penyampaian kesan dan pesan, menulis jurnal, saling memberi
komentar karya, dan catatan pada buku harian.
Refleksi dalam
pembelajaran antara lain dapat menumbuhkan kemampuan berfikir logis dan kritis,
mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri, dan menghargai pendapat orang
lain.
7. Penilaian otentik (Authentic assessment)
Penilaian autentik sesungguhnya adalah suatu istilah yang diciptakan untuk
menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif. Berbagai metode tersebut
memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuannya untuk menyelesaikan
tugas-tugas, memecahkan masalah, atau mengekspresikan pengetahuannya dengan
cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata di luar
lingkungan sekolah. Berbagai simulasi tersebut semestinya dapat mengekspresikan
prestasi (performance) yang ditemui di dalam praktek dunia nyata seperti
tempat kerja. Penilaian autentik seharusnya dapat menjelaskan bagaimana siswa
menyelesaikan masalah dan dimungkinkan memiliki lebih dari satu solusi yang
benar. Strategi penilaian yang cocok dengan kriteria yang dimaksudkan adalah
suatu kombinasi dari beberapa teknik penilaian.
Penilaian autentik dalam pembelajaran dapat mengembangkan berbagai
karakter antara lain kejujuran, tanggung jawab, menghargai karya dan prestasi
orang lain, kedisiplinan, dan cinta ilmu.
G.
Penggunaan BSE untuk
Pendidikan Karakter
1.
Potensi
penggunaan BSE dalam pendidikan karakter
Buku-buku pelajaran
SMP yang telah masuk dalam daftar BSE memenuhi kelayakan isi, penyajian,
bahasa, dan grafika. Dalam hal isi, setiap BSE memuat semua SK/KD sebagaimana
ditetapkan melalui Permen Diknas 22/2006 dengan cakupan dan kedalaman
pembahasan yang memadai. Selanjutnya isi/materi disajikan dan/atau dibelajarkan
melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Banyak di antara
kegiatan-kegiatan pembelajaran yang menempatkan peserta didik sebagai pelaku
pembelajaran yang aktif. Bahasa untuk menyajikan materi merupakan bahasa
Indonesia yang baku, sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa SMP, dan
gagasan/pesan disajikan secara koheren. Dari sisi grafika, BSE memenuhi
berbagai ketentuan kegrafikaan. Selain itu, BSE pada umumnya tidak bias gender,
mengembangkan keberagaman/kebhinekaan, serta jiwa kewirausahaan.
Memperhatikan
ciri-ciri tersebut di atas, BSE memiliki potensi yang sangat besar untuk
digunakan mengembangkan karakter peserta didik secara terpadu dalam
pembelajaran. Hanya dengan melakukan sejumlah revisi, buku-buku tersebut dapat
digunakan untuk melaksanakan pendidikan karakter secara terintegrasi dalam
pembelajaran.
2.
Strategi
umum penggunaan BSE untuk pendidikan karakter
Di depan disebutkan
bahwa BSE memiliki potensi yang sangat besar untuk digunakan mengembangkan
karakter peserta didik secara terpadu dalam pembelajaran. Dengan melakukan adaptasi
seperlunya, buku-buku pelajaran yang telah masuk daftar BSE akan dengan efektif
memfasilitasi peserta didik memperoleh pengetahuan, mengembangkan
keterampilan/kecakapan, dan membangun karakter. Berikut empat jenis adaptasi
yang dapat dilakukan. Adaptasi jenis a, b, c, dan d berturut-turut dari yang
paling dianjurkan ke yang kurang dianjurkan.
a.
Adaptasi
lengkap sebelum pembelajaran dilaksanakan
Adaptasi jenis ini
melibatkan revisi dalam tiga aspek
sekaligus, yaitu isi, kegiatan pembelajaran, dan teknik evaluasi dari bahan
ajar. Revisi (misalnya penambahan isi, reformulasi dan/atau penambahan kegiatan
pembelajaran, penambahan dan/atau perubahan teknik evaluasi) dilakukan secara
tertulis pada bahan ajar yang direvisi.
Setelah revisi selesai bahan ajar tersebut dicetak dan diberikan kepada siswa.
b.
Adaptasi
sebagian/parsial sebelum pembelajaran dilaksanakan
Adaptasi jenis ini
melibatkan revisi dalam satu atau dua
dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi dari
bahan ajar. Revisi (misalnya penambahan isi, atau reformulasi dan/atau
penambahan kegiatan pembelajaran, penambahan dan/atau perubahan teknik
evaluasi) dilakukan secara tertulis pada
bahan ajar yang direvisi. Setelah revisi selesai bahan ajar tersebut dicetak
dan diberikan kepada siswa.
c.
Adaptasi
sebagian/parsial sebelum pembelajaran dilaksanakan
Adaptasi jenis ini
melibatkan revisi dalam satu atau dua
dari tiga aspek berikut: isi, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi dari
bahan ajar. Guru membuat sejumlah adaptasi (misalnya penambahan isi, perubahan
atau penambahan kegiatan pembelajaran, penambahan atau perubahan teknik
penilaian) secara tertulis tetapi pada lembar terpisah, tidak menyatu dengan
bahan ajar. Catatan-catatan pada lembar-lembar terpisah tersebut digunakan oleh
guru selama proses pembelajaran.
d.
Adaptasi
sebagian/parsial selama pembelajaran dilaksanakan (isi dan/atau kegiatan
pembelajaran dan/atau evaluasi)
Adaptasi jenis ini mencakup revisi dalam satu atau dua dari tiga aspek
berikut: isi, kegiatan pembelajaran, dan evaluasi dari bahan ajar. Guru membuat
sejumlah adaptasi (misalnya penambahan isi, perubahan atau penambahan kegiatan
pembelajaran, penambahan atau perubahan teknik penilaian) secara spontan selama proses pembelajaran berlangsung.
BAGIAN II: PANDUAN
KHUSUS
MATA PELAJARAN IPA
A. Nilai-nilai Karakter untuk Mata Pelajaran IPA
1. Pengertian IPA
Sains atau IPA mempelajari permasalahan yang berkait dengan fenomena alam dan
berbagai permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Fenomena alam dalam IPA dapat ditinjau dari objek, persoalan, tema, dan tempat
kejadiannya.
Dalam buku UNESCO Handbook for Science
Teacher (Unesco, dalam Karso, 1994) dikatakaan bahwa IPA adalah suatu
kumpulan teori-teori yang telah diuji kebenarannya, menjelaskan tentang pola-pola
dan keteraturan maupun gejala alam yang telah diamati secara seksama.
Metode
pembelajaran IPA menurut Bernal (1969) merupakan kegiatan mental maupun fisik,
termasuk di dalamnya adalah observasi, eksperimentasi, klasifikasi,
pengukuran dan juga melibatkan
teori-teori hipotesis serta hukum-hukum, lebih spesifik disampaikan bahwa IPA
dapat dilihat sebagai suatu metode. Metode IPA ini merupakan suatu perangkat
aturan-aturan untuk memecahkan masalah, untuk mendapatkan atau mengetahui
penyebab dari suatu kejadian dan untuk mendapatkan hukum-hukum ataupun teori
dari objek yang diamati. Metode ilmiah merupakan suatu logika yang umum
digunakan untuk menilai suatu masalah. Metode ilmiah memiliki perangkat
norma-norma yang dibakukan sehingga kesimpulan yang didapatkan masuk akal dan
dapat dipercaya.
Muslimin Ibrahim, dkk (2004) menjelaskan bahwa metode ilmiah adalah suatu cara dalam memperoleh
pengetahuan, yaitu suatu rangkaian prosedur tertentu harus diikuti untuk
mendapatkan jawaban tertentu dari pernyataan tertentu pula dengan langkah: (1)
Kesadaran dan perumusan masalah; (2) Pengamatan dan pengumpulan data; (3)
Penyusunan dan klasifikasi data; (4) Perumusan hipotesis; (5) Deduksi dan
hipotesis; (6) Tes dan pengujiaan kebenaran (verifikasi) dari hipotesis.
Pembelajaran IPA memerlukan kegiatan penyelidikan, baik melalui observasi
maupun eksperimen, sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan
keterampilan proses yang dilandasi sikap
ilmiah. Selain itu, pembelajaran IPA mengembangkan rasa ingin tahu melalui penemuan
berdasarkan pengalaman langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah. Melalui
kerja ilmiah, peserta didik dilatih untuk memanfaatkan fakta, membangun konsep,
prinsip, teori sebagai dasar untuk berpikir kreatif, kritis, analitis, dan
divergen. Pembelajaran IPA diharapkan dapat
membentuk sikap peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka
akhirnya menyadari keindahan, keteraturan alam, dan meningkatkan keyakinannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Proses memecahkan
masalah dalam IPA menggunakan metode-metode yang dikenal dengan nama metode
ilmiah dengan alur kegiatan sebagai berikut:
Pada saat menggunakan metode ilmiah, kita
mengikuti suatu proses untuk memecahkan masalah suatu masalah dalam IPA.
Diagram di bawah ini adalah proses yang dimaksud.
2. Nilai-nilai IPA
a. Nilai-nilai sosial dari IPA
IPA baik sebagai
suatu kumpulan pengetahuan ilmiah maupun sebagai suatu proses untuk mendapatkan
ilmu itu sendiri, mempunyai nilai-nilai etik dan estetika yang tinggi.
Nilai-nilai itu terletak pada sistem yang menetapkan "kebenaran yang objektif" pada tempat yang paling utama. Proses
IPA itu sendiri dapat dianggap sebagai suatu latihan untuk mencari, meresapkan,
dan menghayati nilai-nilai luhur itu.
Selain itu dalam
kalangan ilmuwan terdapat hubungan "saling
percaya", mereka mempunyai kebebasan dengan caranya sendiri merumuskan
hukum-hukum yang mereka temukan dengan metode yang mereka gunakan. Temuan pada
masa lalu yang kurang sempurna merupakan jembatan untuk temuan yang lebih
sempurna.
b. Nilai-nilai Psikologis/Pedagogis dari IPA
Nilai Psikologis/Pedagogis
|
Definisi
|
Sikap Mencintai Kebenaran
|
IPA selalu mendambakan kebenaran yaitu
kesesuaian pikiran dan kenyataan, yaitu selalu terlibat dalam proses yang
dapat mendorong untuk berlaku jujur dan
objektif dalam segala aktivitasnya.
|
Sikap Tidak Purbasangka
|
IPA membimbing kita untuk tidak berfikir
secara prasangka. Kita boleh saja mengadakan dugaan yang masuk akal
(hipotesis) asal dugaan itu diuji kebenarannya sesuai kenyataan atau tidak,
baru menetapkan kesimpulan.
|
Menyadari Kebenaran Ilmu Tidak Mutlak
|
Atas kesadarannya bahwa kesimpulan yang
didapat hanya berlaku sementara(tidak mutlak) atau menyadari bahwa
pengetahuan yang di dapat itu baru sebagian yang bisa dicapai, maka hal ini
akan menjadikan orang itu "bersikap
rendah hati dan tidak sombong".
|
Keyakinan
Bahwa Tatanan Alam Tidak Teratur
|
Mempelajari tentang hubungan antar gejala
alam dan menemukan adanya kaidah-kaidah atau hukum-hukum alam yang ternyata
begitu konsisten aturan-aturannya maka orang akan menyadari bahwa alam
semesta itu telah ditata dengan sangat teratur. Hal ini dapat memberikan
pengaruh positif untuk meningkatkan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
|
Bersifat
Toleran Terhadap Orang Lain
|
Menyadari bahwa pengetahuan yang ia miliki
bersifat tidak mutlak sempurna maka ia dapat menghargai pendapat orang lain
yang ternyata lebih mengetahuinya atau lebih sempurna untuk memperbaiki,
melengkapi maupun untuk meningkatkan pengetahuannya. Ia juga tidak bersikap memaksakan pendapatnya
untuk diterima orang lain.
|
Bersikap Ulet
|
Aktivitas mencari kebenaran dalam IPA akan
menciptakan sikap tidak putus asa
dan selalu berusaha untuk mencari
kebenaran itu walaupun seringkali tidak memperoleh apa-apa.
|
Sikap Teliti dan Hati-hati
|
Metode ilmiah yang dilaksanakan dengan
benar akan mendorong seseorang memiliki sifat-sifat yang baik yaitu teliti dalam melakukan sesuatu serta hati-hati dalam mengambil kesimpulan ataupun
dalam mengeluarkan pendapatnya.
|
Sikap Ingin Tahu (Corious)
|
Rasa ingin tahu merupakan titik tolak atau
titik awal dari pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Sikap ini mendorong
manusia untuk mencari tahu lebih banyak.
Ilmu pengetahuan yang mereka peroleh tentunya bermanfaat bagi dirinya ataupun
orang lain.
|
Nilai Psikologis/Pedagogis
|
Definisi
|
Sikap Optimis
|
Ilmuwan IPA selalu optimis, karena mereka
sudah terbiasa dengan suatu eksperimentasi yang tak selalu menghasilkan
sesuatu yang mereka harapkan, namun bila berhasil, temuannya itu akan
memberikan imbalan kebahagiaan yang tak ternilai dengan uang. Oleh karena itu
ilmuwan IPA berpendirian bahwa segala sesuatu tidaklah ada yang tak mungkin
dikerjakan. Sesuatu permasalahan yang muncul dihadapinya dengan ungkapan
kata-kata "akan saya pikirkan", "mari kita coba" atau
"berilah saya kesempatan", yaitu ungkapan kata-kata dari seorang
yang optimis.
|
Berdasarkan karakteristik IPA tersebut maka potensi untuk diintegrasikan
dengan nilai karakter seperti yang telah dijelaskan dalam Bab I adalah sebagai
berikut.
1) Karakter Pokok
Nilai karakter utama pada
matapelajaran IPA dapat dikemukakan, dideskripsikan, dan dirumuskan
indikatornya seperti berikut.
Nomor
|
Nilai/Karakter
|
Indikator
|
1.
|
Kereligiusan
|
·
Menggunakan fakta keteraturan
fenomena alam sebagai rujukan membangun konsep, teori, atau hukum untuk
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan YME
·
Mengagumi kebesaran ciptaan
Tuhan
·
Melakukan konservasi sumber
daya alam
·
Selalu berdoa dalam melakukan
usaha
|
2.
|
Kejujuran
|
· Melakukan pengamatan sesuai prosedur
ilmiah yang digunakan
· Menyajikan data berdasarkan hasil
pengamatan atau percobaan
· Menganalisis data sesuai kaidah ilmiah
· Menarik kesimpulan hasil percobaan
berdasar hasil analisis data yang telah dilakukan
|
3.
|
Kecerdasan
|
· Mampu mengambil kesimpulan/keputusan
secara cepat dan tepat berdasar hasil analisis yang telah dilakuakan
· Mampu memilah dan menggunakan alat lab
yang cocok untuk suatu kegiatan percobaan
· Mampu memberikan solusi yang tepat
|
4.
|
Ketangguhan
|
·
Yakin dengan pendapatnya
·
Melakukan pengulangan
pengamatan/eksperimen untuk mendapatkan data yang akurat
|
5.
|
Demokratis
|
·
Memiliki kebebasan bertindak
yang bertanggungjawab dan kesamaan hak
·
Memberi kesempatan orang lain
untuk menyampaikan pendapatnya
·
Melaksanakan
pengamatan/eksperimen yang dibebankan
·
Memberikan beban tugas yang
sama pada siswa pada saat pengamatan/eksperimen
|
6.
|
Kepedulian
|
·
Berbagi tugas dalam
melaksanakan kegiatan eksperimen
·
Menggunakan alat lab sesuai
prosedur keselamatan yang ada
·
Menaruh perhatian secara
penuh pada aspek keselamatan dan kesehatan kerja di lab
· Membantu temannya yang mengalami kesulitan/kecelakaan kerja di lab
|
2)
Karakter utama IPA
Sejalan dengan
rumusan karakter yang dikembangkan pada jenjang SMP dan karakteristik IPA, maka
dalam mata pelajaran IPA secara spesifik peserta didik akan dididik dan dilatih
untuk mengembangkan karakter sebagai berikut.
Nomor
|
Nilai/Karakter
|
Indikator
|
1.
|
Keingintahuan
|
· Suka bertanya secara mendalam dan meluas
· Membaca untuk menemukan informasi
· Mengajukan pertanyaan
|
2.
|
Berpikir logis
|
· Mampu menggunakan
pikiran rasional untuk mengambil keputusan.
|
3.
|
Berpikir kritis, kreatif, dan inovatif
|
· Mampu menggunakan
pikiran untuk menghasilkan ide asli.
|
4.
|
Gaya hidup sehat
|
· Memiliki kegiatan positif untuk menjaga
pola hidup sehat
|
5.
|
Percaya diri
|
· Mampu menyampaikan ide atau melakukan
sesuatu dengan yakin dan benar
|
6.
|
Menghargai keberagaman
|
·
Menghargai pendapat orang lain tanpa memperhatikan latar belakangnya
atau tanpa memperhatikan perbedaan bentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
|
7.
|
Kedisiplinan
|
· Mampu melakukan sesuatu secara
berkelanjutan sesuai prosedur yang berlaku
· Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu
|
8.
|
Kemandirian
|
· Mampu melakukan kegiatan akademik secara
sendiri
|
9.
|
Tanggung jawab
|
· Berhati-hati saat bekerja dengan alat dan
bahan.
· Melakukan kegiatan
sesuai dengan prosedur yang diberikan.
· Mampu mencapai tujuan melalui kegiatan
individual maupun kelompok
|
10.
|
Cinta ilmu
|
· Mampu menjadi pebelajar sepanjang hayat
|
11.
|
Ketelitian dan kecermatan
|
· Memiliki sikap hati-hati, seksama, dan
teliti
|
12.
|
Kesantunan
|
· Mampu berkomunikasi secara efisien dan
efektif tanpa menyinggung perasaan orang lain.
|
B. Kegiatan Pembelajaran yang Mengembangkan Karakter pada
Pembelajaran IPA
prinsip-prinsip Contextual Teaching and Learning seperti yang
telah dijabarkan pada Bab I, disarankan diaplikasikan pada semua tahapan pembelajaran karena
prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sekaligus dapat memfasilitasi
terinternalisasinya nilai-nilai. Selain itu, perilaku guru sepanjang proses
pembelajaran harus merupakan model pelaksanaan nilai-nilai bagi peserta didik.
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan “apa yang
akan dipelajari” ke “bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar
siswa”. Pengalaman belajar diperoleh
melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi
aktif dengan teman, lingkungan, dan
sumber lain.
Ada beberapa model pembelajaran yang
telah dikembangkan sebagai
aplikasi dari Contextual Teaching and Learning dalam melaksanakan pembelajaran
IPA model-model tersebut adalah : Direct
instruction (pengajaran langsung) dan cooperative learning (pembelajaran kooperatif) keduanya dapat digunakan
untuk memperkaya pelaksanaan pembelajaran mengintegrasikan pendidikan karakter.
Aktivitas atau metode
pembelajaran juga model pembelajaran yang dominan dan biasa dipergunakan pada matapelajaran IPA adalah:
MODEL
|
METODE
|
Potensi Nilai Karakter yang Mungkin
|
Direct Instruction
|
Pengamatan (Mengajukan pertanyaan, mendata,
mengklasifikasi, menganalisis data, dan
menyimpulkan)
|
Kereligiusan, kejujuran,
berpikir logis, Berpikir kritis,
kreatif, dan inovatif, demokratis, tanggung jawab, menghargai keberagaman Ketelitian
dan kecermatan, kesantunan, gaya hidup sehat, percaya diri, kedisiplinan.
|
Berikut contoh
aplikasi penggunaan model, metode, integrasi nilai karakter dalam pembelajaran Direct Instruction:
Fase-fase
|
Aktivitas yang
difasilitasi oleh Guru
|
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
|
Menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran,
pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar
|
Fase 2
Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
|
Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau
menyajikan informasi tahap demi tahap
|
Fase-fase
|
Aktivitas yang difasilitasi oleh Guru
|
Fase 3
Membimbing pelatihan
|
Merencanakan dan memberi bimbingan awal
|
Fase 4
Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
|
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas
dengan baik, memberi umpan balik
|
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
|
Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan,
dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan
kehidupan sehari-hari
|
|
|
|
|
Contoh
pada materi pengukuran
|
|
|
1.
KEGIATAN PENDAHULUAN
2.
KEGIATAN INTI
a. Guru melakukan demonstrasi
pengukuran panjang dengan menggunakan jangka sorong, dengan menyajikan
informasi tahap demi tahap (Fase 2)
b. Peserta didik mendemonstrasikan
pengukuran panjang dengan menggunakan jangka sorong yang benar (Fase
3) (ketelitian
dan kecermatan)
c. Guru memberi
bimbingan pelatihan awal dilanjutkan dengan memberikan kesempatan peserta
didik berinteraksi dalam diskusi kelompok
dan memberi umpan balik untuk memperoleh kesimpulan
tentang tingkat ketelitian alat ukur panjang (Fase 3) (menghargai pendapat)
d. Peserta
didik melakukan presentasi tentang hasil pengukuran yang dilakukan tiap
kelompok dan peserta didik diminta melakukan refleksi untuk
memperoleh langkah-langkah pengukuran yang benar (Fase 4) (percaya diri dan kesantunan)
e. Guru meberikan
tugas kepada peserta didik untuk melakukan pengukuran yang relevan dengan
jangka sorong terhadap benda-benda di sekitarnya dalam kehidupan sehari – hari (Fase 5) (ketelitian dan
kecermatan)
3.
KEGIATAN PENUTUP
a. Peserta didik
menyimpulkan tingkat ketelitian hasil pengukuran dengan
menggunakan penggaris dan jangka sorong (tanggung jawab)
b. Guru memberi
penghargaan pada peserta didik yang berperan aktif dalam kegiatan diskusi dan
presentasi (Kepedulian)
|
MODEL
|
METODE
|
Potensi Nilai Karakter yang Mungkin
|
Cooperative Learning
|
Pengamatan (Mengajukan pertanyaan, mendata,
mengklasifikasi, menganalisis data, dan
menyimpulkan)
|
Kereligiusan,
kejujuran, berpikir logis, Berpikir
kritis, kreatif, dan inovatif, demokratis, tanggung jawab, menghargai keberagaman
Ketelitian dan kecermatan, kesantunan, gaya hidup sehat, percaya diri,
kedisiplinan.
|
Eksperimen/Penyelidikan/penemuan (merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mendata, mengklasifikasi,
menganalisis data, menyimpulkan)
|
Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, demokratis, keingintahuan, berpikir logis, kritis, kreatif, dan
inovatif, gaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, kedisiplinan, kemandirian, tanggung jawab, cinta ilmu, kecermatan dan ketelitian.
|
Berikut contoh
aplikasi penggunaan model, metode, integrasi nilai karakter dalam pembelajaran Cooperative Learning:
Fase-fase
|
Aktivitas yang difasilitasi oleh Guru
|
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Menyampaikan
semua tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi
siswa belajar
|
Fase 2
Menyajikan informasi
|
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan
|
Fase 3
Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
|
Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara
efisien
|
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
|
Fase 5
Evaluasi
|
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau meminta kelompok mempresentasikan hasil karyanya
|
Fase 6
Memberikan penghargaan
|
Menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok
|
Contoh pada materi ekosistem
Pendahuluan
1)
|
Mengajak peserta didik berdoa/mensukuri nikmat yang telah
diberikan Tuhan Yang Maha Esa, Menyampaikan salam dan menanyakan keadaan
peserta didik apakah dalam kondisi sehat dan siap belajar IPA, mengecek kehadiran, kebersihan dan kerapian
kelas (Kereligiusan)
|
2)
|
Peserta didik mempresentasikan hasil tugas
mencari berita tentang akibat banjir. (Pada pertemuan sebelumnya, peserta
didik diberi tugas membaca artikel tentang banjir dan akibatnya)(Keingintahuan,
Cinta Ilmu)
|
3)
|
Guru menyampaikan tujuan atau kompetensi
yang akan dicapai.
|
a.
Kegiatan Inti
1)
|
Peserta didik diminta membaca materi tentang kerusakan
lingkungan dan menggarisbawahi konsep penting dengan kecermatan dan ketelitian
|
2)
|
Peserta
didik memperhatikan penjelasan tentang aturan diskusi untuk mengkaji hasil
pengamatan lingkungan alami dan lingkungan yang mengalami kerusakan.
|
3)
|
Peserta
didik dikelompokkan dalam kelompok kooperatif yang beranggotakan 4 atau 5
siswa dengan memperhatikan heterogenitas akademik dan jenis kelamin.
|
4)
5)
|
Peserta
didik melakukan pengamatan dengan keingintahuan dan
menuliskan hasil pengamatan dengan kejujuran, kecermatan dan ketelitian serta
bertanggungjawab
dengan anggota kelompok.
Peserta
didik bertanggungjawab mendiskusikan
hasil pengamatan pada lingkungan alami dan lingkungan yang mengalami
kerusakan dengan memperhatikan ciri, faktor penyebab, akibat, dan upaya
penanggulangan kerusakan.
Selama
diskusi perserta didik mendapat bimbingan dari guru.
|
6)
|
Beberapa
kelompok mempresentasikan hasil kegiatannya, dan kelompok lain memberikan
tanggapannya (menghargai
keberagaman)
|
7)
|
Penghargaan
diberikan pada kelompok yang kinerjanya paling baik dan baik.
|
b.
Penutup
1)
|
Peserta
didik menyimpulkan konsep kerusakan lingkungan dan Guru membantu peserta
didik bila ada kesulitan (Kepedulian)
|
2)
|
Setiap
kelompok diminta untuk membawa 10 ekor ikan hias kecil-kecil dan sabun
detergen untuk percobaan pertemuan berikutnya.
|
*) Contoh integrasi nilai karakter pada
perencanaan pembelajaran silabus dan RPP untuk kelas VII lengkap terlampir.
C. Penggunaan BSE Mata Pelajaran IPA untuk Pendidikan
Karakter
1. Gambaran umum BSE
Mata Pelajaran IPA
Secara umum bahan
ajar BSE IPA yang beredar di sekolah untuk kelas VII (Penulis Ani dkk., Teguh
dkk.; dan Wasis dkk.) adalah sebagai
berikut:
No
|
Aspek
|
Hasil Telaah
|
a.
|
Isi
|
Telah baik dan sesuai dalam hal: Cakupan
dan kedalaman materi pokok sesuai dengan yang diamanatkan SK dan KD, kebenaran
konten (fakta, konsep, teori dan prinsip/ hukum), kemutakhiran isi sesuai
dengan perkembangan ilmu, materi yang disajikan dapat memotivasi siswa
menimbulkan gagasan baru, menumbuhkan rasa ingin tahu, mengembangkan
kecakapan hidup (personal, sosial, akademik dan vokasional), memperhatikan
keterkaitan sains, teknologi dan masyarakat
Catatan:
untuk BSE dengan penulis Ani dkk, Teguh dkk dari sisi isi hanya berisi
informasi saja
|
No
|
Aspek
|
Hasil Telaah
|
b.
|
Metoda Pembelajaran
|
Telah baik dan sesuai dalam hal: Memenuhi
konsep konstruktivis, siswa membangun pemahaman sendiri dari pengalaman baru
berdasarkan pada pengalaman awal, menumbuhkan rasa ingin tahu, mendorong
untuk mencari informasi lebih jauh, memenuhi komponen bertanya (pertanyaan
untuk mengecek pemahaman siswa), Memotivasi siswa untuk berkomunikasi,
berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain, dan menciptakan umpan balik.
Catatan:
untuk BSE dengan penulis Ani dkk, Teguh dkk dari kegiatan hanya
menyediakan kegiatan yang bersifat resep saja.
|
c.
|
Bahasa
|
Telah baik dan sesuai dalam hal: Bahasa
yang dipakai sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, materi
disajikan dengan bahasa yang menarik, bahasa yang digunakan dapat memotivasi
siswa untuk belajar, memungkinkan siswa seolah-olah berkomunikasi dengan
penulis buku siswa, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, istilah
yang digunakan tepat dan dapat dipahami, dan menggunakan istilah dan simbol
secara ajeg.
|
d.
|
Grafika
|
Menarik, memperjelas konsep, relevan dengan bahasan yang ada dan banyak
gambar untuk memperjelas konsep yang masih abstrak.
|
e.
|
Berdasarkan
karakteristik buku BSE kelas VII yang dipergunakan sekolah, maka potensi nilai
karakter dapat di sisipkan pada setiap komponen buku ajar.
|
2. Strategi Penggunaan
BSE untuk Pendidikan Karakter
Berikut adalah contoh
penggunaan BSE untuk pendidikan karakter adaptasi lengkap sebelum pembelajaran
dilaksanakan dan adaptasi tersebut dari sisi isi, kegiatan pembelajaran,dan
evaluasi.
Contoh IPA-Biologi
SK: Memahami keanekaragaman makhluk hidup.
KD: Mendeskripsikan
keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai
organisme.
Judul: Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
Sel-sel penyusun tubuh
kita seperti komponen-komponen dalam suatu organisasi yang masing-masing
komponen mempunyai tugas sendiri-sendiri. Apabila ada salah satu
saja komponen yang tidak menjalankan fungsinya maka organisasi tersebut tidak
akan dapat menjalankan fungsinya. Bagaimana halnya dengan bekerja dalam
kelompok kecil seperti ketika kalian mendapat tugas dari gurumu untuk mengerjakan
tugas dalam kelompok? Apakah
hasilnya akan baik jika ada salah satu anggota tidak menjalankan
tugasnya? Setiap anggota kelompok harus memiliki tugas yang spesifik untuk
penyelesaian tugas sehingga akan memberi hasil yang luar biasa. (tambahan)
|
Hasil
adaptasi lengkap materi di atas yaitu:
·
Isi, keseluruhan materi
ajar pada Bab Organisasi Kehidupan dengan ditambahkan nilai karakter yang
sesuai dengan KD yaitu demokratis dan kerja sama. Pada halaman
216 setelah alinea pertama disisipkan materi pendidikan karakter).
·
Kegiatan Pembelajaran, kegiatan pengamatan untuk membandingkan
sel hewan dengan sel tumbuhan dengan menekankan kemandirian dalam menggunakan
mikroskop dan membuat preparat yang akan diamati. Kegiatan Proyek Membuat Model Sel untuk membiasakan berpikir
cerdik, kreatif dan inovatif. Kegiatan
mengamati organ-organ suatu organisme dilakukan dalam kelompok untuk
membiasakan kerja sama dan sikap demokratis dalam mengambil keputusan. Kegiatan 8.1 pada halaman sedapat mungkin
dilakukan oleh siswa secara mandiri. Bimbingan dari guru bersifat membantu
siswa untuk dapat melakukan prosedur dengan baik.
·
Evaluasi, soal berpikir kritis
di halaman 240, dapat ditambahkan dengan menanyakan tentang akibat jika salah
satu organ tubuh tidak berfungsi untuk memahamkan perlunya semua komponen dalam
suatu organisasi memiliki peran yang sama. Evaluasi bagian Berpikir
Kritis pada halaman 240 digunakan seluruhnya untuk menilai kemampuan berpikir
kritis siswa, dan dapat juga ditambahkan dengan menanyakan tentang akibat jika
salah satu organ tubuh tidak berfungsi untuk memahamkan perlunya semua komponen
dalam suatu organisasi memiliki peran yang sama pentingnya dan perlunya
menghargai pendapat atau hasil karya orang lain.
Contoh IPA-Fisika
Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
SK: Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajarai benda-benda alam dengan
menggunakan peralatan
KD:
Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan
alat ukur yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari
Judul: Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam: Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas VII Edisi 4
Materi
ajar dari BSE utama.
Pernahkah kamu pergi ke penjahit baju? Bagaimana seorang
penjahit dapat membuatkan baju seragam sekolah seorang murid SMP/MTS dengan
ukuran yang tepat? Kamu pernah pergi ke toko kelontong? Bagaimana penjual dapat
melayani barang-barang yang diperlukan oleh pembeli dengan takaran yang sesuai?
Kamu pernah mengikuti atau menonton lomba lari? Bagaimanakah menentukan pemenangnya
secara tepat? Semua peristiwa di atas terkait dengan kegiatan pengukuran.
Pada bab ini, kamu akan mendiskusikan dan melakukan berbagai
kegiatan pengukuran dengan menggunakan alat-alat ukur yang sesuai. Kamu juga
akan mempelajari berbagai besaran beserta satuannya.
Merancang
Alat Ukur Sendiri
(Karakter: Berpikir inovatif,
ketelitian dan kecermatan, tanggung jawab, dan menghargai keberagaman)
1. Gunakan suatu benda yang
ada di kelasmu sebagai alat pengukur panjang, misalnya buku, pensil, tangan
atau benda lain yang mudah kamu dapatkan.
2. Bersama temanmu,
ukurlah panjang bangku, lebar ruangan kelas atau jarak dua benda yang ada di
dekatmu dengan menggunakan alat-alat pengukur panjang yang telah kamu peroleh.
Catatlah hasilnya dan buatlah nama satuan ukurannya menurutmu sendiri.
3. Sekarang, mintalah
salah seorang temanmu untuk melakukan pengukuran yang sama dengan menggunakan
alat-alat pengukur panjang yang dia temukan sendiri. Jangan lupa, dia juga
harus mencatat hasilnya beserta satuan ukuran yang dia buat sendiri.
Materi tambahan dari BSE
Pelengkap
Adaptasi Kegiatan
Pembelajaran
(Karakter: Berpikir inovatif,
ketelitian dan kecermatan, tanggung jawab, dan menghargai keberagaman)
Merancang
Alat Ukur Sendiri
1. Gunakan suatu benda yang
ada di kelasmu sebagai alat pengukur panjang, misalnya buku, pensil, tangan
atau benda lain yang mudah kamu dapatkan.
2. Bersama temanmu,
ukurlah panjang bangku, lebar ruangan kelas atau jarak dua benda yang ada di
dekatmu dengan menggunakan alat-alat pengukur panjang yang telah kamu peroleh.
Catatlah hasilnya dan buatlah nama satuan ukurannya menurutmu sendiri.
3. Sekarang, mintalah
salah seorang temanmu untuk melakukan pengukuran yang sama dengan menggunakan
alat-alat pengukur panjang yang dia temukan sendiri. Jangan lupa, dia juga
harus mencatat hasilnya beserta satuan ukuran yang dia buat sendiri.
Adaptasi Evaluasi
LP 2 (2) Lember Tes Unjuk Kerja
Lembar tes unjuk kerja untuk menilai kinerja peserta didik “membaca hasil pengukuran panjang dengan menggunakan jangka sorong”
No
|
Aspek yang dinilai
|
Dilakukan
|
Tidak dilakukan
|
1
|
Memasang benda yang akan diukur pada jangka
sorong dengan tepat
|
|
|
2
|
Menggeser posisi nonius dengan hati-hati
|
|
|
3
|
Membaca skala utama pada jangka sorong
|
|
|
4
|
Membaca skala nonius pada jangka sorong
|
|
|
5
|
Membaca nilai panjang dengan satuan yang
benar
|
|
|
6
|
Mengembalikan posisi nonius dalam keadaan
rapat
|
|
|
7
|
Menentukan kesalahan pengukuran
|
|
|
LP 3 Lembar Observasi
Lembar
observasi dalam diskusi kelompok untuk menilai “sikap menghargai pendapat orang lain” dalam menyusun laporan
hasil pengukuran panjang.
No
|
Aspek yang dinilai
|
Dilakukan
|
Tidak dilakukan
|
1
|
Menyampaikan hasil pengukuran yang
diperoleh dengan jujur
|
|
|
2
|
Menerima saran dan masukan dengan sikap
terbuka
|
|
|
3
|
Mengakomodasi saran dan masukan
|
|
|
4
|
Mampu menjawab pertanyaan dengan rasional
|
|
|
5
|
Menyimpulkan hasil diskusi untuk menentukan
tujuan akhir kegiatan dengan tepat
|
|
|
LP
4 Lembar Tes Unjuk Kerja
Lembar Kinerja intuk
menilai presentasi hasil kerja kelompok menyampaikan laporan secara jujur, percaya diri dan menghargai pendapat orang lain
No
|
Aspek yang dinilai
|
Dilakukan
|
Tidak dilakukan
|
1
|
Menyampaikan hasil pengukuran dengan bahasa
yang lugas
|
|
|
2
|
Menyampaikan laporan sesuai dengan prosedur
kegiatan yang dilakukan dengan jujur
|
|
|
3
|
Menyampaikan laporan dengan percaya diri
|
|
|
4
|
Menerima saran dan masukan dengan sikap
terbuka
|
|
|
5
|
Mengakomodasi saran dan masukan
|
|
|
6
|
Mampu menjawab pertanyaan dengan rasional
|
|
|
7
|
Menyimpulkan hasil diskusi untuk menentukan
tujuan akhir kegiatan dengan tepat
|
|
|
Hasil
adaptasi lengkap materi di atas yaitu:
- Isi, ditambahkan materi pengukuran panjang dengan jangka sorong dan mikrometer sekrup dari BSE Pelengkap dengan informasi yang mengintegrasikan karakter berpikir inovatif, ketelitian dan kecermatan, tanggung jawab, kepedulian, dan menghargai keberagaman.
- Kegiatan Pembelajaran, dirancang menggunakan pemodelan sesuai karakteristik materi pengukuran dan mengintegrasikan karakter berpikir inovatif, ketelitian dan kecermatan, tanggung jawab, dan kepedulian.
- Evaluasi, mengintegrasikan penilaian karakter berpikir inovatif, ketelitian dan kecermatan, tanggung jawab, kepedulian, dan menghargai keberagaman pada penilaian kognitif, psikomotor, dan afektif.
3.Berikut
adalah contoh penggunaan BSE untuk pendidikan karakter adaptasi sebagian/parsial
sebelum pembelajaran dilaksanakan dalam hal isi dan/atau kegiatan pembelajaran
dan/atau evaluasi.
Contoh
hasil adaptasi IPA-Fisika
Materi
Ajar dari BSE Utama
Materi adaptasi dari BSE
Pelengkap
Hasil Analisis adaptasi isi:
- Ditambahkan materi pengukuran panjang dengan jangka sorong dan mikrometer sekrup dari BSE Pelengkap dengan informasi yang mengintegrasikan karakter inovatif, teliti dan cermat, bekerja sama, dan menghargai pendapat orang lain
Contoh Adaptasi IPA-Biologi
o
Isi
Merujuk pada
uraian di alinea terakhir, siswa ditanya tentang penyebab hilangnya pengurai
dari ekosistem. Pengurai sangat rentan terhadap perubahan lingkungan. Kondisi lingkungan
yang ekstrim karena perubahan suhu atau masuknya
zat pencemar pada lingkungan
secara alami maupun ulah manusia dapat
menyebabkan matinya pengurai.
Dari penjelasan tersebut guru dapat menekankan nilai
karakter yang berhubungan dengan lingkungan. Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan
alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi.
o
Kegiatan
Pembelajaran
Siswa diminta untuk
melakukan kegiatan 7.3 di atas secara mandiri di rumah. Kemudian diminta untuk
mengamati perkecambahan biji tersebut setiap hari dengan melakukan pengukuran
panjang kecambah dan mengamati keadaan kecambah kemudian mencatat dalam suatu
tabel sesuai denga hasil pengukuran dan pengamatannya secara jujur.
Hasil pengamatan dapat
juga dipresentasikan untuk membiasakan siswa tangguh dan percaya diri.
o Evaluasi
Soal Pengembangan
Keterampilan nomor 2 memberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dalam
berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Mintalah siswa untuk membuat rancangan
kegiatan pengolahan sampah dan hasil rancangan siswa dicobakan atau diterapkan
paling tidak di rumah siswa itu sendiri. Pengujicobaan atau penerapan rancangan
tersebut sebaiknya dipantau dan dinilai dengan melibatkan orang tua.
Hasil
analisis Adaptasi
- Isi, Mengambil sebagian materi dari Bab Ekosistem yaitu konsep Pengurai: Kunci Kehidupan tentang fungsi pengurai bagi ekosistem. Pendidikan karakter yang dapat dikembangkan dari materi ini adalah nilai-nilai karakter dalam hubungannya dengan peduli terhadap lingkungan.
- Kegiatan Pembelajaran, Mengambil kegiatan pembelajaran dari Bab Ciri-ciri Makhluk Hidup tentang Perkecambahan Biji di halaman 201. Pada prosedur kegiatan, siswa diminta untuk mengamati pertumbuhan kecambah setiap hari kemudian diminta mencatat dalam tabel dengan jujur. Presentasi hasil pengamatan secara lisan membiasakan siswa untuk tangguh dan percaya diri.
- Evaluasi, Mengambil evaluasi pada bab Manusia dan Lingkungannya pada halaman 327 bagian Pengembangan Keterampilan nomor 2 sebagai indikator siswa berpikir kritis, kreatif dan inovatif
4.a.
Adaptasi sebagian/parsial sebelum pembelajaran dilaksanakan (isi dan/atau
kegiatan pembelajaran dan/atau evaluasi) – guru merancang sejumlah adaptasi dalam
hal isi, kegiatan pembelajaran, dan/atau evaluasi secara tertulis tetapi pada
lembar terpisah – tidak menyatu dengan bahan ajar (disertai contoh)
No.
|
Materi Adaptasi
|
Hasil Adaptasi
|
1.
|
Isi
|
Ditambahkan materi pengukuran panjang
dengan jangka sorong dan mikrometer sekrup dari BSE Pelengkap
|
2.
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Dirancang menggunakan model Pengajaran
Langsung sesuai karakteristik materi pengukuran.
|
3.
|
Evaluasi
|
Mengintegrasikan penilaian karakter pada
penilaian kognitif, psikomotor, dan afektif.
|
3)
Adaptasi
Materi Ajar
Materi ajar
dari BSE Utama perlu ditambah dengan materi pengukuran panjang dengan
menggunakan jangka sorong dan micrometer dari BSE Pelengkap. Ini demi
melengkapi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam SK dan KD pengukuran
panjang. Tambahan materi ini dapat diambil dari halaman 9 sampai dengan 11.
Kelengkapan materi akan mempermudah perolehan kompotensi pengukuran dan
sekaligus menanamkan karakter yang relevan dengan itu.
4) Adaptasi Kegiatan Pembelajaran
Materi
pengukuran panjang sangat relevan diwujudkan dengan model pengajaran langsung.
Mengingat materi pengukuran didominasi dengan pengetahuan prosedural. Kegiatan
pembelajaran ini dapat dilakukan dengan kegiatan penyeledikan seperti tertuang
pada BSE Utama halaman 4 dan BSE Pelengkap halaman 10.
5) Adaptasi Evaluasi
Pembelajaran
pengukuran ini dapat dievaluasi melalui tiga domain, yaitu: kognitif,
psikomotor, dan afektif. Untuk kognitif dapat diambil dari BSE Utama halaman
23-24 dan BSE Pelengkap 16-18. Sedang untuk domain psikomotor dan afektif dapat
digunakan instrumen kinerja dan observasi yang ada pada panduan guru ini (lihat
pada kelengkapan RPP).
4. Adaptasi sebagian/parsial sebelum
pembelajaran dilaksanakan (isi dan/atau kegiatan pembelajaran dan/atau
evaluasi) – guru merancang sejumlah adaptasi dalam hal isi, kegiatan
pembelajaran, dan/atau evaluasi secara tertulis tetapi pada lembar terpisah –
tidak menyatu dengan bahan ajar (disertai contoh)
Contoh adaptasi IPA-Biologi
o
Isi
Contoh Materi dalam lampiran terpisah
Kompetisi
Apakah
kambing dan lembu anggota populasi berbeda, tetapi anggota-anggota dari
populasi yang sama juga berinteraksi satu dengan lainnya. Populasi dapat
meningkat karena anggota-anggota yang berkompetisi dalam hal makanan, air dan
areal kekuasaan. Kompetisi adalah faktor yang tergantung kepadatan. Bila hanya
sedikit individu membutuhkan sumber daya yang tersedia, maka hal ini tidak
menimbulkan masalah. Bila populasi meningkat maka kebutuhan sumber daya juga
meningkat, hal ini menyebabkan ukuran populasi menurun.
Kadang-kadang
populasi penuh sesak sehingga
anggota-anggota menunjukkan tanda-tanda stress. Individu-individu hewan mulai
agresif. Hewan-hewan tersebut mulai berhenti merawat anaknya dan bahkan
kehilangan kemampuan menyayangi anaknya. Stress juga membuat individu mudah
beresiko mengidap penyakit. Semua gejala-gejala stress merupakan faktor
pembatas bagi pertumbuhan. Hewan-hewan tersebut mempertahankan diri di bawah daya dukung lingkungan. Keterbatasan dalam memperoleh sumber daya yang sama dari
lingkungan dapat menjadi penyebab pertarungan antar individu dalam populasi.
Manusia dalam hidup
bermasyarakat sangat memungkinkan terjadinya kompetisi. Jika tidak ada
nilai-nilai sosial yang berlaku, maka perselisihan bahkan pertarungan dapat
saja terjadi antar anggota masyarakat. Siswa sebagai anggota masyarakat harus
mampu mengembangkan nilai-nilai tersebut sejak dini secara sadar. Nilai-nilai
tersebut diantaranya sadar hak dan kewajiban diri dan orang lain, patuh pada
aturan-aturan sosial, menghargai karya dan prestasi orang lain, dan bersikap
santun.
o
Kegiatan
Pembelajaran
LKS
2 : Mengklasifikasikan
Jika Anda diminta
untuk mengklasifikasikan benda-benda, Anda mungkin akan mengelompokkan dalam
satu kelompok benda-benda yang memiliki ciri-ciri tertentu secara umum. Seorang
ilmuwan me-lakukan hal yang sama ketika mengelompokkan atau mengklasi-fikasikan
makhluk hidup. Para ilmuwan mempunyai sistem klasifikasi untuk menunjukkan
ciri-ciri yang saling berhubungan. Dengan cara bagaimanakah biji-bijian
diklasifikasikan?
Tujuan
Membuat kunci determinasi
Mengklasifikasikan
Alat dan Bahan
§ Kantong yang berisi
10 macam biji-bijian atau daun-daunan
§ Kaca pembesar
§ Penggaris
§ 2 lembar kertas
Cara kerja
1.
Tuangkan
kantong biji-bijian di atas selembar kertas. Amati setiap biji secara
teliti.
2.
Bagilah
10 biji/daun tersebut menjadi dua kelompok. Kesepuluh biji dalam setiap
kelompok harus memiliki paling tidak satu ciri secara umum.
3.
Catatlah
ciri-ciri umum yang dimiliki biji pada Kelompok I dan Kelompok II dalam bagan
seperti yang dicontohkan.
4.
Sekarang,
klasifikasikan atau bagilah biji di Kelompok I menjadi dua kelompok.
Catat ciri-ciri kelompok tersebut
5.
Bagi
biji-bijian tersebut menjadi dua kelompok lagi. Catat ciri-ciri umum kelompok
tersebut.
6.
Ulangi
langkah ke-lima dua kali lagi.
7.
Ulangi
langkah ke-empat sampai ke-enam untuk Kelompok II.
8.
Berikan
kantong biji-bijian dan bagannya kepada kelompok lain.. Mintalah kelompok
tersebut untuk mengidentifikasi setiap biji dengan menggunakan sistem
klasifikasi yang telah Anda buat.
1.
Dengan
cara bagaimanakah sekelompok biji-bijian yang berbeda jenis diklasifikasikan?
___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
2.
Bandingkan
sistem klasifikasi Anda dengan sistem klasifikasi kelompok lain.
___________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
3.
Apakah
keuntungannya bagi para ilmuwan untuk menggunakan sistem standar untuk
mengklasifikasikan makhluk hidup? Pengamatan apakah yang dibuat kelompok Anda
untuk mendukung jawaban Anda?
____________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Berpikir kritis
Bagaimana Anda mengklasifikasikan sekelompok
biji yang sama atau daun yang berasal dari sebuah pohon ynag sama?
Mengapa pengelompokkan ini lebih sulit
dilakukan daripada sekantong biji-bijian pada kegiatan di atas?
o
Evaluasi
Soal Pengembangan
Keterampilan nomor 3 memberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya dalam
berpikir kreatif dan inovatif. Mintalah siswa untuk membuat salah satu produk
dari bahan limbah anorganik. Hasil karya siswa dapat menjadi indikator
kemampuan siswa dalam berpikir kreatif dan inovatif.
Lampiran Lembar
Penilaian: Membuat
Produk
No.
|
Aktivitas
|
Nilai Asesmen
|
||
Nilai Maksimum
|
Nilai yang
diperoleh
|
|||
Penilaian Sendiri
|
Penilaian Guru
|
|||
1.
|
Menggunakan bahan dari limbah atau sampah anorganik. (berpikir kreatif)
|
10
|
|
|
2.
|
Produk
yang dihasilkan bernilai seni atau bernilai ekonomi (berpikir kreatif dan inovatif))
|
10
|
|
|
3.
|
Tampilan
produk menunjukkan keterampilan dalam menggunakan alat dan bahan untuk
menghasilkan produk
|
10
|
|
|
4.
|
Produk merupakan hasil karya sendiri (mandiri)
|
10
|
|
|
|
TOTAL
|
40
|
|
|
Hasil analisis
- Isi, Mengambil materi Pola Interaksi pada bab Ekosistem di halaman 266-269 dengan ditambahkan materi pada sub materi pola interaksi sebagai bahan untuk menunjukkan perlunya nilai-nilai yang berkaitan dengan sesama misalnya santun.
- Kegiatan Pembelajaran, Mengambil kegiatan Lab Mini 8.2 pada bab Organisasi Kehidupan dan Keanekaragaman makhluk Hidup di halaman 228. Kegiatan tersebut dimodifikasi dengan menggunakan lembar kegiatan siswa mengklasifikasikan dan membuat kunci determinasi sederhana untuk mempelajari materi organisasi kehidupan submateri keanekaragaman hayati submateri klasifikasi untuk sebagai indkator siswa berpikir kritis, kreatif dan inovatif.
- Evaluasi, mengambil evaluasi pada bab Manusia dan Lingkungannya pada halaman 327 bagian Pengembangan Keterampilan nomor 3 sebagai indikator siswa berpikir kritis, kreatif dan inovatif.
DAFTAR BACAAN
Bernal, J.D. 1969. Science in History, Middlesex, England: Penguin Book
Ltd, Vol.1.
Collete, Alfred T. dan
Chiappetta, Eugene L. 1994. Science
Instruction in The Middle and Secondary Schools. New York: MacMillan Pub.Co.
Departemen
Pendidikan Nasional. 2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran
IPA Sekolah Menengah
Pertama(SMP)/MadrasahTsanawiyah (MTs). Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Fraenkel, Jack R. (1977). How to teach about values: An Analytic
approach. Englewood Cliffs N.J.: Prentice-Hall.
Karso, dkk, 1993, Materi
pokok Dasar-dasar Pendidikan MIPA, PGSN 3114. Modul 1-6 Jakarta: Dekdikbud
Muslimin
Ibrahim, dkk., 2004. Materi Pelatihan
Terintegrasi: Sains. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Undang-undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Kementrian
Pendidikan Nasional (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa:
Pedoman Sekolah. Jakarta: Puskur Balitbang Kemendiknas RI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar